Kabar24.com, JAKARTA – Biaya pinjaman pemerintah Italia melonjak ke teritori yang tidak menguntungkan.
Negara itu kini menerima hukuman di dalam pasar obligasi seiring dengan koalisi pemerintah populis berikutnya tampak siap untuk meningkatkan anggaran fiskal tanpa memikirkan kritik dari Uni Eropa. Selain itu, Negara Pisa juga mempertimbangkan potensi penciptaan aset yang setara menggunakan mata uang paralel.
Hasilnya adalah, note Italia yang jatuh tempo pada Februari 2028 kini berimbal hasil 10 basis poin lebih tinggi dari utang pemerintah berdenominasi euro milik Indonesia dalam empat bulan ke depan.
"Pasar akan tetap pada ujung pisau sehubungan dengan rencana koalisi pemerintah dan evolusinya. Kredibilitas fiskal dari rencana itu jauh dari jaminannya," kata strategis Rabobank International yang dipimpin oleh Richard McGuire, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (22/5/2018).
Adapun, selama ini bukanlah tanda baik bagi negara maju dalam hal membayar pinjamannya lebih banyak dibandingkan negara emerging market. Komparasi ini dibuat mengingat Indonesia merupakan negara yang paling suram di kawasan Asia Tenggara selama perubahan arah aliran modal ke negara maju baru-baru ini.
Benchmark Indeks Saham Indonesia telah tergerus ke 11 bulan terendahnya. Sementara itu, rupiah tumbang 4% di hadapan greenback pada 2018 danmenyentuh level terlemahnya dalam dua tahun.
Adapun, Bulgaria dan Hungaria juga memiliki utang berdenominasi euro yang jatuh tempo di antara 2026-2030 dengan imbal hasilnya kurang dari Italia. Kolumbia pun begitu, ditambah lagi Kolumbia akan menjadi negara penyelenggara FIFA World Cup tahun ini.
Negara lain di emerging market yang memiliki obligasi berdenominasi euro yang jatuh tempo dalam periode tersebut dengan biaya pinjaman lebih rendah dari Italia termasuk Chile, Meksiko, Latvia, Lithuania, Peru, dan Polandia. Adapun S&P Global Ratings menyatakan negara-negara tersebut lebih layak diberikan kredit daripada negara-negara Mediterania.