Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump mengancam Pemimpin Korea UItara Kim Jong-un akan sama nasibnya dengan mendiang Presiden Lybia Muammar Gaddafi jika tidak mau menyepakati soal program senjata nuklirnya.
Trump mengeluarkan ancaman itu di Gedung Putih ketika menanggapi saran dari penasihat keamanan nasionalnya, John Bolton.
Bolton menyebut "model Libya" bisa menjadi acuan untuk berurusan dengan Korea Utara pada pertemuan puncak antara Trump dan Kim yang direncanakan pada 12 Juni di Singapura.
Model kesepakatan yang dimaksud Bolton adalah kesepakatan Gaddafi pada bulan Desember 2003 untuk menyerahkan program senjata nuklirnya, termasuk mengizinkan olahan uraniumnya dikirim ke Amerika Serikat.
Akan tetapi Trump diduga tidak memahami perjanjian itu dan menafsirkan "model Libya" yang berarti ada intervensi NATO di Libya pada 2011 untuk mendukung pemberontakan.
Pemberontakan yang disponsori pihak asing itu akhirnya mengarah pada pembunuhan Gaddafi di tangan para pemberontak di Tripoli.
Baca Juga
“Modelnya, jika Anda melihat model Gaddafi, adalah melalui penghancuran total. Kami pergi ke sana untuk memukulnya. Sekarang model itu akan terjadi jika Kim dan kami tidak mencapai kesepakatan. Tapi, jika kita membuat kesepakatan maka saya pikir Kim Jong-un akan sangat, sangat bahagia, ”kata Trump sebagaimana dikutip Theguardian.co.uk, Jumat (18/5/2018).
“Ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup rezim bisa dijamin jika Kim setuju untuk melucuti senjatanya,” ujarnya.
Trump mengatakan bersedia melakukan banyak hal dan Kim juga bisa berbuat banyak sehingga kedua pihak akan benar-benar memiliki hubungan yang baik, ujarnya. AS menjamin Korut akan mendapat perlindungan yang maksimal kalau menyetujui kesepakatan nuklir.
Sementara itu, Joel Wit, mantan negosiator AS yang sekarang menjadi rekan senior di Institut AS-Korea di Universitas Johns Hopkins mengatakan ancaman yang disampaikan Trump tidak tepat. Apalagi disampaikan tiga pekan menjelang pertemuan, ujarnya.