Bisnis.com, JAKARTA - Berbagai kalangan meyakini para pelaku bom bunuh diri tidak melakukan tindakannya begitu saja tanpa ada pengaruh dari orang lain, termasuk yang terjadi di Kota Surabaya, baru-baru ini.
Mereka sebelumnya sudah mengalami perubahan pemikiran oleh perekrut yang berkemampuan mempengaruhi pelaku, terutama dengan simbol-simbol dan ajaran agama yang dimanipulasi sedemikian rupa.
Seorang sumber di lapangan menyebutkan para perekrut memiliki metode khusus untuk merekrut dan meyakinkan eksekutor bom bunuh diri yang bersifat penanaman ideologi. Dengan metode tersebut, mereka bahkan mampu merekrut orang yang menjadi target menjadi eksekutor bom hanya dalam tempo 5 menit.
Metode ini digunakan untuk merekrut eksekutor bom bunuh diri dalam berbagai peristiwa ledakan yang pernah terjadi di Tanah Air. Mulai dari Bom Bali 1, Bom Bali 2, Bom di Hotel JW Marriott Jakarta, sampai peledakan di Surabaya beberapa hari yang lalu.
Secara prinsip, metode yang dilakukan adalah bagaimana si perekrut menanamkan ideologi dan mencuci otak tanpa disadari oleh orang yang menjadi target. Sebelum melakukan itu, si perekrut untuk beberapa waktu mempelajari terlebih dahulu latar belakang target.
Seperti latar belakang keluarga, pendidikan, gaya hidup, kepribadian serta berbagai informasi dan data dari orang yang menjadi target. Itu mengapa si perekrut dapat mempengaruhi targetnya dalam waktu singkat dan bahkan bila semua berjalan lancar, proses "cuci otak" dapat dilakukan hanya dalam waktu 5 menit.
Menurut Research Director Vanaya Neurolab Ihsan Gumilar, secara ilmu psikologis, metode itu memang dimungkinkan, tidak terkecuali kepada wanita dan antarmereka yang masih saling memiliki hubungan keluarga seperti para terduga pelaku bom di Surabaya.
"Apa pun gender dan status ekonominya, bila sudah mengalami proses "cuci otak" ideologi ekstrimisme, dia bisa melakukan hal-hal yang di luar nalar sekalipun," kata dia, Selasa (15/5/2018).
Bila sudah terkena "cuci otak" orang yang mengalaminya akan melakukan apa saja yang diperintahkan tokoh atau perekrutnya, termasuk melakukan aksi bom bunuh diri.
"Mereka (tokoh dan perekrut) hebat sekali (melakukan cuci otak). Jadi memang kita harus cermat menganalisa kalau ada yang memberikan pemikiran radikal karena semua dari kita bisa berhadapan dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari."