Bisnis.com, JAKARTA - Peristiwa peledakan bom di Surabaya pada hari ini, Minggu (13/5), diyakini sebagai salah satu bentuk teror secara psikologis baik kepada mereka yang berada di gereja, sekitar gereja, maupun masyarakat secara luas.
Psikolog dari Vanaya Institute Jakarta, Ihsan Gumilar, meyakini ledakan bom tersebut akan menimbulkan dampak yang sangat traumatik, khususnya kepada kepada korban yang masih selamat, begitu juga kepada keluarga seluruh korban maupun saksi mata.
"Ini akan menyebabkan trauma yang cukup luar biasa," ujarnya, Minggu (13/5/2018).
Bahkan menurut dia, mereka yang tidak berada dekat dengan TKP, misalnya hanya mendengar suara ledakan atau suara korban yang merintih kesakitan, juga bisa mengalami trauma.
Karena itu penanganan dampak dari kejadian ini secara psikologis sebenarnya cukup banyak yang harus dilakukan, bukan saja kepada korban dan keluarganya, tetapi juga terhadap mereka semua yang terekspos ledakan.
Akademisi Psikologi di Jakarta Nanang Suprayogi merinci, kejadian ini akan mengakibatkan trauma yang berkepanjangan. Salah satunya, baik kepada korban, keluarganya, maupun mereka yang terekspos ledakan berisiko mengalami trauma terhadap kerumunan.
Kemudian mereka juga bisa trauma dengan benda-benda yang teridentifikasi terkait dengan materi peledak, misalnya panci, paku, paralon atau benda lain yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga sulit dihindari.
Begitu juga trauma kepada orang-orang yang identik dengan terduga pelakunya, baik identik dalam gaya berpakaian, penampilan, perilaku maupun tutur kata.
Sebelum lepas tengah hari tadi, sebanyak tiga bom meledak di tiga gereja di Kota Surabaya. Yaitu Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.