Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa kali peristiwa bom bunuh diri di Indonesia selalu melibatkan pria sebagai eksekutornya, tetapi berbeda dengan terduga pelaku bom Surabaya yang diindikasi ada sosok wanita.
Research Director Vanaya Neurolab Ihsan Gumilar sependapat dengan femonena tersebut karena dari pengamatannya, selama ini terduga pelaku bom bunuh diri memang seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Meski di beberapa negara lain sudah pernah terjadi wanita menjadi pelaku bom bunuh diri, tetapi di Indonesia baru kali ini terjadi.
Dia meyakini perubahan modus ini digunakan oleh kelompok radikal karena secara psikologis masyarakat memiliki rasa curiga yang lebih kecil terhadap wanita. Keyakinan bahwa wanita bisa melakukan tindakan-tindakan brutal tidak lebih besar dari pria.
"Secara psikologis kita mudah beranggapan hampir tidak mungkin perempuan melakukan tindakan-tindakan kejahatan extraordinary, termasuk bom bunuh diri."
Padahal, menurut psikolog yang mengaku cukup tahu siapa perekrut dan metode rekrutmen yang digunakan teroris, memastikan apapun jenis kelaminnya, bila seseorang sudah mengalami "cuci otak" dan memiliki paham radikal atau berideologi ekstrimisme dia bisa melakukan tindakan di luar nalar sekalipun.
Sebelum lepas tengah hari tadi, sebanyak tiga bom meledak di tiga gereja di Kota Surabaya. Yaitu Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Pihak kepolisian menyatakan peristiwa ini mengakibatkan 11 korban jiwa dan 41 luka-luka. Para korban luka mendapatkan perawatan yang intensif di Rumah Sakit dr Soetomo dan Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jawa Timur.
Seperti diketahui, teror bom terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya terjadi sekitar 07.15 WIB. Kemudian disusul kejadian serupa di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Arjuno dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro.
Polisi mengidentifikasi pelaku ketiga aksi tersebut sebagai berikut:
Pelaku
1. Dita Priyanto (Ketua Sel JAD Surabaya) - bunuh diri di GPPS Arjuna dengan menggunakan mobil Avanza.
2. Puji Kuswati (Istri Dita) - di GKI Diponegoro (jalan kaki pakai cadar)
3. Fadila Sari (anaknya 12 tahun) di GKI Diponegoro (jalan kaki pakai cadar)
4. Pamela Rizkita (anaknya 9 tahun) di GKI Diponegoro (jalan kaki pakai cadar)
5. Yusuf Fadil (anaknya 18 tahun) di St Maria Tak Bercela Ngagel pakai sepeda motor
5. Firman Halim (anaknya 16 tahun) di St Maria Tak Bercela Ngagel pakai sepeda motor.
Posisi Bom
1. Dita Priyanto : bom diletakkan di dalam mobil, lalu ditabrakan ke area gereja
2. Puji Kuswati, Fadila Sari, Pamela Rizkia diletakan dipinggang.
3. Yusuf Fadil dan Firman Halim, bom dipangku di atas motor.