Bisnis.com, JAKARTA - Dahlan Iskan akhirnya memberikan pengakuan terang-terangan jika telah meninggalkan Jawa Pos, koran nasional yang telah dibesarkan dan melambungkan namanya sebagai Raja Koran.
Dalam tulisannya di website pribadinya, disway.id, berjudul "Pilih Amerika atau Tiongkok", DI, begitu biasanya sapaan ringkas Dahlan, mengisahkan secara ringkas awal-awal dirinya membangun Jawa Pos pada tahun 1982.
"Satu dari ratusan inspirasi yang saya peroleh dari Amerika adalah: jangan lagi gunakan mesin ketik. Gunakan komputer. Maka sejarah komputerisasi di ruang redaksi itu dimulai oleh koran daerah nan kecil di Surabaya. Oleh inspirasi Amerika. Bukan oleh koran-koran besar nan kaya dari Jakarta," tulis DI.
Atas undangan Pemerintah AS, pada 1984, saat baru dua tahun mengelola Jawa Pos, DI berkesempatan berkeliling menyusuri bagian-bagian penting AS.
"Berkat inspirasi dari Amerika itu pula puluhan inovasi saya lakukan. Sering membuat ‘yang pertama’ dalam sejarah pers Indonesia. Yang pertama terbit berwarna. Yang pertama terbit tujuh kali seminggu," katanya.
Di salah satu bagian dari tulisan tersebut, DI pun menulis secara gamblang posisi terakhirnya di Jawa Pos.
Baca Juga
"Kerja seperti orang gila. Tidak memikirkan kesejahteraan. Tidak memikirkan kesehatan. Membuat Jawa Pos menjadi raksasa. Kaya Raya. Sampai saat saya meninggalkannya. Secara total. Sekarang ini," katanya.
Joko Intarto yang mengelola disway.id, mengatakan DI masih akan melanjutkan tulisannya guna menjawab serentetan pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya terkait posisinya di Jawa Pos.
"[masih] bersambung," kata Joko.
Berkat tangan dinginnya, Dahlan berhasil 'membesarkan' Jawa Pos dari hanya memiliki tiras sekitar 6.000 eksemplar per hari, melambung menjadi 300.000 per hari.
Tidak hanya membesarkan Jawa Pos, Dahlan juga sukses membangun koran-koran daerah di seluruh Indonesia, jumlahnya mencapai ratusan media koran dan majalah, puluhan stasiun televisi dan radio, puluhan percetakan, pabrik kertas dan pembangkit listrik independen.