Bisnis.com, JAKARTA -- Suhu di Kutub Utara kembali meningkat dan menembus rekor baru pada musim dingin kali ini.
Seperti dilansir dari The Guardian, Rabu (7/3/2018), benua itu mengalami musim dingin terpanas sepanjang sejarh yang membuat ketinggian es di laut mencapai titik terendah.
"Ini hal yang sangat gila. Saya tidak pernah melihat gelombang panas seperti ini," ujar Direktur National Snow and Ice Data Center AS Mark Serreze, yang telah mempelajari Kutub Utara sejak 1982.
Para ahli mengatakan apa yang terjadi sekarang adalah di luar dugaan dan merupakan bagian dari siklus global warming. Pemanasan global diperkirakan turut menyebabkan terjadinya badai salju di Eropa dan timur laut AS, baru-baru ini.
Ahli cuaca di Danish Meteorological Institute, Ruth Mottram, menuturkan suhu tertiinggi pada bulan lalu kurang lebih sama dengan suhu rata-rata pada Mei tiap tahunnya.
Dari sekitar 30 pos cuaca yang ada di Kutub Utara, 15 di antaranya mencatat suhu 5,6 derajat Celcius di atas suhu normal musim dingin.
Pada Februari 2018, es di laut Kutub Utara hanya memiliki luas 5,4 juta mil persegi atau menyusut 62.000 mil persegi dari periode yang sama tahun lalu. Luasan itu juga lebih kecil 521.000 mil persegi dari kondisi normal.
Meski es di laut Kutub Utara masih menunjukkan pertumbuhan, tapi Serreze menilai ketebalannya terpangkas. Es di laut Kutub Utara terjadi karena air laut membeku, berbeda dengan gunung es ataupun gletser.
Ahli cuaca senior Walt Meier, rekan Serreze, mengungkapkan kondisi seripa terjadi di Laut Bering yang terkoneksi dengan Samudera Pasifik. Dua kejadian yang sama di sisi Kutub Utara yang berbeda disebut sebagai hal yang tidak biasa.