Kabar24.com, JAKARTA—Sebagai bank sentral pertama di Asia yang menaikkan suku bunganya pada tahun ini, Bank Negara Malaysia sedikit menghadapi tekanan untuk pengetatan stimulus.
Hal itu terjadi seiring dengan arus masuk ke obligasi negara dan saham mendorong penguatan mata uang dan memperbaiki outlook inflasi.
Berdasarkan 17 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, Bank Negara Malaysia diperkirakan masih menahan suku bunga acuannya level 3,25% pada rapat kebijakan yang akan digelar pada hari ini.
Kenaikan suku bunga pada Januari, yang mana telah disampaikan dengan baik, dinilai memberikan ruang bagi bank sentral hingga sisa tahun ini untuk tidak terburu-buru.
Koji Fukaya, Direktur Utama FPG Securities Co. di Tokyo mengatakan bahwa inflasi di Malaysia dapat dikendalikan, dan pertumbuhan masih relatif tinggi.
“Tidak ada alasan pelemahan terhadap aset Malaysia. Selain itu, Ringgit juga terlihat relatif kuat di Asia. Imbal hasil obligasi juga tidak buruk,” katanya seperti dilansir Bloomberg, Rabu (7/3/2012).
Sementara itu, Gubernur Bank Negara Malaysia Muhammad Ibrahim pada bulan lalu menegaskan penaikan suku bunga acuan pada Januari jangan dipandang sebagai pengetatan kebijakan moneter.
Dia menambahkan, dunia saat ini memasuki fase normalisasai dan suku bunga acuan pada level 3,25% masih dipandang akomodatif.
“Malaysia sedang tidak dalam tren pengetatan [moneter],” ungkapnya.
Adapun Jennifer Kusuma, Senior Asia Rates Strategist Australia & New Zealand Banking Group Ltd., mengatakan tidak melihat adanya tekanan yang terburu-buru, baik dari eksternal maupun internal, untuk BNM menaikkan suku bunga pinjaman.
“Momentum pertumbuhan masih utuh dan inflasi masih relatif tinggi sepanjang sejarah, tetapi trennya masih moderat,” katanya.
Sementara itu, kondisi di Malaysia berbanding terbalik dengan Filipina dimana bank sentralnya masih enggan untuk menaikkan suku bunga meskipun perekonomian negaranya membaik dan ada risiko meningkatnya inflasi.