Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bela Kepentingannya, China Tak Mau Perang Dagang Dengan AS

China menyatakan tidak akan melakukan perang dagang dengan Amerika Serikat, tetapi akan membela kepentingannya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – China menyatakan tidak akan melakukan perang dagang dengan Amerika Serikat, tetapi akan membela kepentingannya setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan mengenakan tarif atas impor produk aluminium dan baja.

Demikian dikemukakan oleh Wakil Menlu China Zhang Yesui sebagaimana dikutip Reuters pada Minggu (4/3/2018).

Trump akhir pekan lalu menyatakan bahwa menghadapi perang dagang dengan China tidak sulit dan tidak ada kendala untuk memenanginya. Pernyataan itu disampaikannya sehari setelah menyatakan rencananya untuk mengenakan bea impor 25% untuk produk baja dan 10% untuk aluminium.

Ketegangan hubungan dagang antara kedua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia memuncak sejak Trump berkuasa pada 2017. Meski China hanya merupakan bagian kecil dari pengimpor kedua komoditas itu, besarnya produk negara itu telah membuat harga kedua komoditas anjlok di perdagangan dunia.

Perundingan dan saling membuka pasar bersama akan menjadi cara terbaik untuk menyelesaikan persaingan dagang, ujar Zhang Yesui dalam satu rapat tahunan di parlemen yang dimulai pekan ini.

“China tidak menginginkan perang dagang dengan AS, tetapi kami juga tidak akan tinggal diam kalau kepentingan kami dirampas dan diganggu,” ujar Zhang, yang pernah menjadi Duta Besar untuk China di AS.

Menurutnya, jika kebijakan dibuat berdasarkan perhitungan maupun asumsi yang salah maka hal itu akan merusak hubungan bilateral China-AS. Selain itu, tuturnya, kesalahan dalam pehitungan juga berakibat apa yang tidak diinginkan oleh kedua negara.

Trump menyatakan pengetaan tarif itu akan menyelamatkan tenaga kerja AS. Akan tetapi banyak ekonom mengatakan dampak dari peningkatan harga bagi pengguna baja dan aluminium, seperti industri otomotif, akan lebih banyak berdampak buruk pada tenaga kerja ketimbang membatasi impor.

Bagaimanapun juga, ada konsensus bipartisan yang berkembang di Washington, serta dukungan di kalangan pebisnis AS, agar pemerintah AS melawan apa yang disebut sebagai kebijakan Beijing yang memangsa semua lawan dan pembatasan pasar terhadap perusahaan asing.

Trump sejak lama berupaya mencari keseimbangan nilai perdagangan dengan China. Asa juga tengah mengkaji sanksi dagang atas China berupa penyelidikan atas praktik penggunaan hak properti intelektual dan pembatasan atas transfer teknologi ke negara asing.

Pemerintahan AS menyatakan telah salah dalam kebijakan mendukung China sebagai anggota WTO karena negara itu belum sepenuhnya membuka ekonominya ke negara luar.

Sejumlah sumber diplomatik dan pebisnis AS menyatakan kebuntungan perundiangan dengan China disebabkan oleh kebijakan negara itu yang enggan menghilangankan proteksi atas pasarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper