Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Aturan Lintas Batas Diharapkan Jadi Perhatian

Gejolak yang terjadi di pasar saham global pada pekan lalu, membuat Dana Moneter Internasional (IMF) meminta para pengambil kebijakan untuk memperkuat aturan yang mengawasi perdagangan lintas batas.
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA—Gejolak yang terjadi di pasar saham global pada pekan lalu, membuat Dana Moneter Internasional (IMF) meminta para pengambil kebijakan untuk memperkuat  aturan yang mengawasi perdagangan lintas batas.

Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan fokus yang lebih kuat pada aktivitas perdagangan lintas batas negara, akan mencegah terulangnya kejadian di pasar saham pekan lalu. Langkah tersebut, menurutnya, akan lebih dibandingkan memfokuskan diri pada peraturan menenai entitas atau negara tertentu.

“Kita perlu beralih ke peraturan yang mengendalikan aktivitas bukan entitas. Kita harus mengantisipasi dari mana krisis berikutnya akan terjadi. Apakah akan dari shadow banking atau dari cryptocurrency," katanya dalam pertemuan World Government Summit, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (12/2).

Seperti diketahui, harga sejumlah aset global mulai dari saham hingga minyak mengalai kejatuhan pada pekan lalu. Penurunan tersebut terjadi lantaran meningkatnya kekhawatiran publik pada langkah Bank Sentral AS (The Fed) yang berpeluang mempercepat kenaikan suku bunganya pada tahun ini.

Indeks S & P 500 turun 5,2% pekan lalu dan menjadi penurunan tertajam sejak Januari 2016. Senada, harga  minyak mentah brent juga turun hingga 8,4%. Adapun imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun berakhr di di 2,85 pekan lalu, setelah sempat terkerek mencapai 2,88%.

"Harga aset telah naik secara besar-besaran dan bertahan cukup lama.  Tapi kita semua tentu saja sepakat bahwa ada saatnya aset tersebut mengalami koreksi usai meroket," kata Lagarde.

Sementara itu para investor kini tengah menantikan rilis data inflasi AS yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu (14/2). Hasil dari data ekonomi tersebut diperkirakan akan menjadi pemicu volatilitas yang tinggi selanjutnya di pasar AS dan negara berkembang di Asia.

Apabila data inflasi tersebut berhasil mencapai atau mendekati target 2% yang ditentukan oleh The Fed, maka prospek kenaikan suku bunga AS yang lebih cepat akan kembal meningkat.  

“Ada pendapat bahwa pasar obligasi AS menjadi penekan dan volatilitas akan tetap demikian sepanjang pekan berikut,” ujar Chris Weston, Kepala Stratregi Pasar IG, seperti dikutip dari Reuters, Senin (12/2). 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper