Kabar24.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump dikabarkan akan merilis rencana anggaran fiskal 2019 yang memuat asumsi makro yang sangat optimistis. Langkah itu diperkirakan akan mampu meredam kekhawatiran publik pada melebarnya defisit fiskal AS di masa depan.
Seperti diketahui, govenrment shutdown singkat di AS yang terjadi pada Kamis-Jumat (8-9/2018), resmi berakhir. Hal itu terjadi mayoritas anggota Kongres AS menyetujui undang-undang anggaran belanja yang baru pada Jumat (9/2/2018), yang langsung ditandata tangani oleh Trump di hari yang sama.
Adapun, undang-undang anggaran yang lolos di legislatif dan eksekutif Paman Sam tersebut diperkirakan akan mendorong defisit anggaran di atas US$1 triiliun selama sedekade ke depan. Kondisi itu terjadi setelah Trump meminta anggaran yang lebih tinggi pada belanja domestik dan militer. Padahal, sebelumnya anggaran belanja AS telah terbebani oleh kebijakan pemangkasan pajak.
Menanggapi kegaduhan mengenai ancaman membengkaknya defisit fiskal tersebut, Gedung Putih mengumumkan bahwa Trump akan merilis rencana anggaran fiskal 2019 yang dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
“Asumsi makro yang akan diumumkan nanti berisi proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2% pada tahun depan,” kata Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (10/2/2018).
Apabila menilik capaian pertumbuhan ekonomi AS beberapa tahun terakhir, proyeksi tersebut terbilang sangat optimis. Pasalnya, pertumbuahan ekonomi AS pada tahun lalu mencapai 2,5%. Sementara itu untuk tahun ini, para ekonom memperkirakan produk domestik bruto (PDB) AS hanya akan tumbuh tipis menjadi 2,7%.
Baca Juga
Di sisi lain, Gedung Putih juga mengklaim bahwa perumbuhan ekonomi akan terus menguat pada tahun-tahun berikutnya seiring kebijakan ekonomi Trump. Pertumbuha ekonomi akan bertahan pada kisaran 3% hingga 2021, sebelum akhirnya melambat menjadi 2,8% pada 2026.
Anggaran Trump juga mengasumsikan suku bunga sangat rendah, dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun rata-rata 2,6%. Adapun, jika menilik data terbaru imbal hasil 10 tahun ditutup pada 2,86% padai Jumat. Di sisi lain,Bank Sentral AS (The Fed) diperkirakan akan menaikkan suku bunga tiga kali tahun ini.
Para ekonom menyebutkan asumsi makro yang optimis semacam itu akan membuat defisit terlihat lebih kecil dalam rencana anggaran Trump. Partai Republik pun berpendapat bahwa pemotongan pajak akan memicu lonjakan pertumbuhan ekonomi.
Terpisah, Moody's Investors Service memperingatkan, kebijakan AS tersebut berpotensi membuat peringkat kredit negara tersebut akan tertekan selama beberapa tahun ke depan.
“Tekanan pada anggaran fiskal AS akan membuat kemerosotan yang besar pada peringkat kredit mereka,” tulis analis Moody’s Sarah Carlson dan Yves Lemay.