Bisnis.com, JAKARTA - Masalah apropriasi atau menggunakan budaya lain dengan tidak tepat dan tanpa pengetahuan yang cukup mengenai kebudayaan tersebut menjadi topik yang dibahas dalam simposium "Pasca Orientalisme- dan Masalah Apropriasi Budaya" yang berlangsung di Galeri Nasional Jakarta pada Rabu (24/1/2018).
Goenawan Muhammad hadir sebagai salah satu pembicara dalam acara tersebut mengatakan sesungguhnya apropriasi bukan barang baru dan tidak perlu dipermasalahkan. Karena dalam sejarah perkembangan kebudayaan di dunia, hal tersebut adalah bagian yang tak terelakkan.
"Sejarah kebudayaan adalah sejarah apropriasi, curi mencuri, pinjam meminjam antar kebudayaan," katanya.
Masalah budaya siapa, atau budaya apa menurutnya tidak bisa dilepaskan dari pergolakan sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi di dunia. Masalah hak cipta dan kebudayaan menurutnya adalah hal yang bersifat politis dan penuh kepentingan para penguasa.
Indonesia sendiri misalnya, menurutnya tidak ada apa atau bagaimana negeri ini sebelum kedatangan Belanda. Begitu juga penamaan suku seperti Jawa, Sunda, atau Batak, juga merupakan bagian dari permainan pengelompokkan oleh penguasa tadi.
"Jawa, Sunda, Batak itu baru ada pada masa pendudukan Belanda. Kaum antropolog lah yang merumuskan hal itu. Kemudian penyebutan tersebut digunakan untuk kepeluan administratif, yang selanjutnya digunakan sebagai identitas," katanya.
Gonawan megatakan bahwa apropriasi juga bisa diartikan sebagai apresiasi. Contohnya saja, bagaimana maestro seni rupa kelahiran Spanyol Pablo PIcasso yang melakukan apropriasi terhadap kebudayaan afrika pada karya-karyanya.
"Apakah itu apropriasi atau apresiasi?" ujarnya.
Goenawan menyebutkan dirinya tidak sepakat dengan pendapat apropriasi adalah hal yang buruk bagi kebudayaan. Masalah cara pandang tersebut menurutnya bermula dari cara pandang terhadap seni dan kebudayaan sebagai sesuatu yang substantif, bukan sebagai sesuatu yang bersifat proses.
Akibatnya, asal-usul menjadi permasalahan yang diperdebatkan berlarut-larut dalam permasalahan berlapis menyangkut persoalan identitas kebudayaan itu sendiri.