Kabar24.com, JAKARTA - China menginginkan hubungan militer yang lebih akrab dengan Myanmar demi membantu menjaga perdamaian dan keamanan regional.
China dan Myanmar diketahui memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi yang dekat, khususnya peningkatan di sektor minyak dan gas. China telah menawarkan dukungan untuk tetangganya tersebut selama masa krisis yang terjadi terkait perlakuan terhadap etnis Rohingya.
Lebih dari 600 ribu jiwa dari etnis ini telah melarikan diri dari Rakhine, wilayah Myanmar yang ditempati mayoritas penganut agama Budha. Kebanyakan dari mereka kabur ke Bangladesh.
Amerika Serikat pada Rabu (22/11/2017) untuk pertama kalinya menyebut operasi militer yang dilakukan Myanmar terhadap kaum Rohingya sebagai pemusnahan etnis dan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kekejaman yang terjadi.
Kementerian Pertahanan China menyebutkan dalam pertemuan di Beijing, Li Zuocheng yang duduk di Komisi Militer Pusat China menyampaikan pada Jenderal Senior Min Aung Hlaing bahwa pembangunan dan kesejahteraan China merupakan sebuah kesempatan yang penting bagi pembangunan Myanmar.
"Di tengah keadaan keamanan nasional yang kompleks dan berubah-ubah, China berkeinginan untuk menjaga komunikasi strategi antarmiliter kedua negara," kata Li seperti dikutip Reuters, Kamis (23/11/2017).
Baca Juga
Li menambahkan China menginginkan adanya kontak lebih besar antara kedua pasukan bersenjata dan pelatihan yang lebih dalam serta pertukaran teknik dan menyarankan kerjasama pertahanan perbatasan untuk memastikan kedamaian dan stabilitas di perbatasan bersama.