Bisnis.com, TOKYO--Takashi Shiraishi baru saja menerima penghargaan Bintang Jasa Utama dari pemerintah RI. Bagaimana sosoknya dan apa saja jasa besar profesor asal Jepang ini terhadap Indonesia?
Shiraishi dilahirkan di Ehime, Jepang, pada 1950. Dia merupakan lulusan jurusan hubungan internasional Universitas Tokyo pada 1972. Lantas pada 1986, Shiraishi meraih gelar Ph.D. bidang sejarah dari Universitas Cornell, Amerika Serikat.
Pada 1990, Shiraishi meluncurkan buku berjudul Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912--1926. Lantas, dia menerbitkan buku berjudul Soekarno and Soeharto dalam bahasa Jepang pada 1997 sebelum krisis moneter menghantam Asia.
"Buku tentang Indonesia yang saya tulis ada empat. Zaman Bergerak itu disertasi saya yang dibukukan," ujarnya kepada Bisnis seusai menerima penghargaan Bintang jasa Utama di The Capitol Hotel, Tokyo, Selasa (17/10).
Selain itu, Shiraishi juga terlibat dalam penerbitan belasan buku terkait sejarah Indonesia, seperti Orang Jepang di Koloni Asia Tenggara (1993), Indochina in the 1940s and 1950s (1992), Reading Southeast Asia (1990), Aproaching Suhartos's Indonesia from Margins (1994), dan Indonesia Journal (2006--2009).
Tak hanya aktif menulis buku, Shiraishi juga terlibat dalam Japan-Indonesia Economic Policy Dialogue sejak 2001--2009.
Shiraishi menjabat posisi sebagai wakil presiden dan presiden National Graduate Institute for Policy Studies (GRIPS) pada 2005--2017. GRIPS menginisiasi kerjasama dengan perguruan tinggi di Indonesia, seperti Universitas Indonesia, Institute Teknologi Bandung, Univeritas Gadjah Mada, dan Universitas Brawijaya untuk meraih gelar magister dan doktor.
Selain itu, Shiraishi juga berperan sebagai anggota dewan Japan Indonesia Friendship Association sejak 2013.
Di bidang akademik, Shiraishi pernah mengajar di almamaternya, Universitas Tokyo dan Universitas Cornell, serta Universitas Kyoto, dan GRIPS di Tokyo, Jepang. Shiraishi mengajar studi hubungan internasional, sejarah, serta studi mengenai Asia dan Asia Tenggara.
Shiraishi mengisahkan dia pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada 1972. Sejak itu, dia rutin berkunjung ke Indonesia minimal sekali dalam setahun.
"Saya sangat berterima kasig mendapat kesempatan langka sebagai peneliti yang diterima oleh kepala negara Indonesia mulai dari suharto, Habibie, Abdulrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, sampai Joko Widodo untuk mengkaji aspek ekonomi, sosial, politik, dan keamanan," tuturnya.
Terkait program double degree yang diinisiasi oleh GRIPS dan menggandeng perguruan tinggi negeri di Indonesia, Shiraishi berharap dapat ikut berkontribusi untuk memajukan ekonomi Indonesia dan mempererat hubungan persahabatan kedua negara melalui pendidikan.
"Saya merasa terhormat karena penghargaan ini sangat jarang diberikan kepada peneliti. Karir saya sebagai peneliti sangat ditentukan Indonesia. Saya bangga upaya saya dihargai pemerintah Indonesia dan dianugerahi Bintang Jasa Utama," kata Shiraishi.
