Bisnis.com, MATARAM -- Pada awal triwulan III/2017 tekanan inflasi menunjukkan penurunan. Inflasi bulanan pada Juli 2017 menurun menjadi 0,41% (m-t-m) dari bulan Juni sebesar 0,58% (m-t-m).
Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTB, hal ini disebabkan seiring menurunnya permintaan masyarakat setelah bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Secara historis dalam lima tahun terakhir, rata-rata inflasi Agustus dan September masing-masing sebesar 0,55% (m-t-m) dan -0,22% (m-t-m). Namun, tekanan inflasi secara keseluruhan pada triwulan III/2017 diperkirakan meningkat.
Kepala kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono mengatakan, meningkatnya tekanan inflasi terlihat pada perkiraan inflasi bulan Agustus 2017 yang lebih tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Beberapa faktor diperkirakan mempengaruhi tekanan harga pada triwulan III/2017, yaitu meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat seiring peningkatan kunjungan wisatawan, risiko kekeringan pada musim kemarau yang berisiko menurunkan produksi palawija pada fase panen kedua dan risiko administered price terkait dengan perkembangan harga minyak dunia yang fluktuatif dapat mempengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Inflasi triwulan III/2017 secara umum diperkirakan terkendali, berada dalam rentang target inflasi 4+1% (y-o-y), yaitu sebesar 4 s.d 4,4% (y-o-y)," ujar Prijono di Mataram, Selasa (12/9/2017).
Baca Juga
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTB tetap waspada terhadap berbagai risiko tekanan harga pada masa yang akan datang.
Koordinasi dan konsolidasi TPID diperkuat melalui Rapat Koordinasi Wilayah TPID Provinsi NTB dan perwakilan TPID dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi NTB.
TPID Provinsi NTB bersama satgas pangan NTB secara intensif melakukan sidak pasar untuk memastikan tidak terjadi penimbunan komoditas pangan, sehingga berdampak pada kenaikan harga.