Bisnis.com, JAKARTA – Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat melanjutkan perundingan mengenai masa depan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (North America Free Trade Agreement/NAFTA) Jumat (1/9) pekan lalu.
Saat putaran kedua berlangsung di Mexico City, tiga negara tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berkomitmen untuk sebuah hasil yang ambisius
Seperti dilansir New York Times, ada poin-poin pentng yang dibicarakan dalam perundingan Nafta babak kedua antara ketiga negara tersebut, di antaranya mengenai aturan produksi, arbitrasi, serta modernisasi.
Aturan produksi mengatur perjanjian ekspor-impor dua negara. Sebagai contoh, mobil yang dirakit di Meksiko tidak dikenai pajak impor jika sebagian jumalh kendaraan yang sama, dengan presentase tertentu, juga diproduksi di AS.
Pemerintahan AS berupaya meningkatkan angka presentase tersebut, karena angka saat ini dianggap merugikan ekonomi AS. Di sisi lain, produsen mobil khawatir langkah ini akan meningkatkan biaya produksi mereka.
Untuk urusan aribtrase, Nafta membuat perusahaan di Amerika Utara dapat menggunakan sistem arbitrase independen untuk memaksa sebuah negara melakukan tindakan yang melanggar kesepakatan perdagangan. Sistem ini telah banyak digunakan oleh perusahaan Kanada dan Meksiko untuk melawan perusahaan di AS.
Salah satu poin yang tampaknya disepakati oleh ketiga negara adalah kebutuhan untuk memodernisasi Nafta. Walaupun ketiganya memiliki pandangan berbeda, pembaruan Nafta dianggap dapat mengatasi persoalan e-commerce serta peraturan tempat kerja dan lingkungan yang lebih baru.
Seperti diketahui, Nafta yang mulai berlaku pada tahun 1994 telah menciptakan poros perdagangan bebas terbesar di dunia. Namun, pemerintahan Trump berpendapat bahwa Nafta telah merugikan AS secara ekonomi dan pada sisi lain menguntungkan Meksiko.
AS merujuk pada angka defisit perdagangan dengan Meksiko dan Kanada untuk mendukung klaim tersebut. Namun, banyak ekonom berpendapat, bahwa defisit perdagangan bilateral ini, bukanlah ukuran yang proporsional untuk menunjukkan kesehatan ekonomi suatu negara.
Pemerintah AS juga menyalahkan Nafta atas berkurangnya jumlah pekerjaan di negeri Paman Sam tersebut. Hal ini terus sebut oleh Trump selama masa kampanyenya tahun lalu.
Di sisi lain, kalangan produsen di AS khawatir bahwa perubahan pada NAFTA dapat mengganggu rantai pasokan global, yang pada akhirnya meningkatkan biaya produksi pada produsen.
Dalam perundingan pertama bulan lalu yang diadakan di Washington, AS, ketiga negara tidak mendapatkan titik temu. Selain itu, perwakilan AS mengkritik Nafta dengan menyatakan bahwa Nafta telah "gagal secara fundamental."
"Kami merasa bahwa Nafta pada dasarnya telah gagal di mata banyak warga AS dan membutuhkan perbaikan besar," ujar Robert E. Lighthizer, perwakilan perdagangan AS pada perundingan pertama 16 Agustus lalu, seperti dikutip New York Times.
Namun, perwakilan Kanada dan Meksiko menegaskan bahwa bentuk perjanjian Nafta saat ini tidak dibuat berpihak kepada mereka untuk melawan AS.
Setelah pertemuan Jumat pekan lalu, ketiga negara akan menindaklanjuti negosiasi dengan pertemuan putaran lain di Kanada bulan ini. Selain itu, diperkirakan masih akan ada beberapa putaran lanjutan hingga akhir tahun ini.