Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Menteri Energi AS: Risiko Nuklir Tinggi, Sanksi Ekonomi Korut Tak Efektif

Tak hanya kecaman internasional, pernyataan Korea Utara atas keberhasilan melakukan uji coba bom hidrogen mengundang penilaian atas risiko terbesar terhadap penggunaan senjata nuklir sejak krisis rudal Kuba.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memimpin rapat perang untuk peluncuran rudal jarak menengah ke dekat wilayah AS di Pasifik, Guam./KCNA
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memimpin rapat perang untuk peluncuran rudal jarak menengah ke dekat wilayah AS di Pasifik, Guam./KCNA

Kabar24.com, JAKARTA – Tak hanya kecaman internasional, pernyataan Korea Utara atas keberhasilan melakukan uji coba bom hidrogen mengundang penilaian atas risiko terbesar terhadap penggunaan senjata nuklir sejak krisis rudal Kuba.

Seperti diketahui, Korea Utara pada Minggu (3/9/2017) waktu setempat menyatakan telah sukses melakukan uji coba bom hidrogen dengan kekuatan terdahsyat yang dapat dimuat ke dalam rudal balistik antarbenua (intercontinental ballistic missile/ICBM).

“Saya pikir risiko penggunaan senjata nuklir di dunia dewasa ini lebih tinggi daripada risiko yang timbul sebelumnya, bisa dibilang sama dengan krisis rudal Kuba pada tahun 1962,” kata Mantan Menteri Energi Amerika Serikat (AS) Ernez Moniz, seperti dikutip dari Bloomberg (Senin, 4/9/2017).

Moniz, yang juga seorang fisikawan nuklir dan co-chairman Nuclear Threat Initiative, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk mencegah serangan senjata pemusnah massal, pun mendesak lebih banyak upaya kolaborasi dengan China, alih-alih menerapkan sanksi ekonomi terhadap Korea Utara.

“Masyarakat internasional, termasuk China, baru-baru ini menanggapinya dengan sanksi ekonomi tambahan. Secara pribadi saya tidak percaya bahwa sanksi tersebut akan menyelesaikan masalah,” kata Moniz.

“Memang ada beberapa kasus keberhasilan, seperti terhadap Iran, untuk membawa para pihak ke meja perundingan. Tapi masalah ini tidak akan selesai dengan sanksi ekonomi,” lanjutnya.

Moniz mendesak perubahan siasat dalam bekerja sama dengan China. Menurutnya, diskusi seputar Korea Utara telah menjadi terlalu sempit dengan fokus pada senjata nuklir, padahal masalah sebenarnya adalah kebutuhan keamanan keseluruhan Korea Utara, Korea Selatan, China, dan Jepang.

“Pertanyaan sebenarnya adalah apakah uji coba yang dilakukan Korea Utara mencerminkan kemajuan dalam isu-isu seperti militerisasi senjata nuklir. Sepengetahuan saya, tidak ada bukti keberhasilan pada tahap ini untuk rudal balistik berjangkauan jarak jauh,” tambah Moniz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper