Kabar24.com, PONTIANAK – Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia mendampingi 500 anggota perempuan di 10 desa yang berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang dalam upaya mensadarkan sikap kritis para petani perempuan sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan mereka dari pendapatan sebelumnya.
Direktur Program MCA Indonesia-Kalbar Laili Khairnur mengatakan, perempuan di desa-desaa tersebut dimotivasi untuk berpartisipatif dalam pertanian berkelanjutan seperti pemanfaatan lahan secara produktif, penggunaan pestisida dan insektisida organik ramah lingkungan dibandingkan dengan produk kimia lainnya
Adapun desa-desa itu yakni, Desa Lubuk Antu dan Desa Mubung di Kecamatan Hulu Gurung, Desa Temuyuk dan Sungai Besar di Kecamatan Bunut Hulu, Desa Tekalong di Kecamatan Mentebah, Desa Tekudak dai Kecamatan Kalis, Desa Penyak Lalang, Mangat Baru dan Samak di Kecamatan Dedai dan Desa Kelam Sejahtera di Kecamatan Kelam Permai.
“Untuk mengoptimalkan kapasitas petani perempuan maka konsorsium perempuan mendorong program inisiatif penguatan pengembangan skill petani khususnya perempuan,” kata Laili, di sela kegiatan Pengalaman Pendampingan Petani Perempuan di kedua kabupaten itu, Selasa (29/8/2017).
Konsorsium itu terdiri dari Gemawan (Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri), Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Borneo (PPSW-Borneo), Yayasan Dian Tama Pontianak, Simpai Kapuas, dan Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK).
Perwakilan Konsorsium Perempuan dan Keberlanjutan Penghidupan Kalbar Mulyadi mengatakan, salah satu program sedang berjalan saat ini adalah praktek inovasi metode pengelolaan pertanian berkelanjutan ramah lingkungan.
“Sudah diselesaikan pelatihan pembuatan pupuk organik, praktek dan pengenalan metode padi hazton, pelatihan pembukuan, promosi dan pemasaran produk dan pelatihan anti hama,” kata dia.
Menurutnya, sedang berlangsung adalah inovasi produk unggulan pertanian alternatif seperti membuat demplot padi, sayuran dan tanaman obat.
Lalu, pengembangan metode peningkatan produktivitas di lahan anggota kelompok dan fasilitasi inisiasi kontrak petani dan pembeli di tingkat kabupaten.
Sementara, tambah Mulyadi, belum dilaksanakan adalah studi banding ke lahan pertanian berkelanjutan, spesifikasi produk unggulan pasca panen dan pelatihan teknis usaha dan kemasan.