Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Polisi Tak Proses Hukum Lebih Lanjut WNA Pelaku Penipuan

Pasca penangkapan 148 warga negara asing yang terlibat kasus prnipuan polisi tak menetapkan satu pun dari mereka sebagai tersangka.
Dirtipid Siber Mabes Polri Brigjen. Pol. M. Fadil Imran (tengah), Wakil Kasatgas Merah Putih Kombes. Pol. Herry Heryawan (kiri), dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono (kanan) menunjukkan barang bukti kasus penipuan lewat telepon (phone fraud) di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (31/7/2017)./Antara-Reno Esnir
Dirtipid Siber Mabes Polri Brigjen. Pol. M. Fadil Imran (tengah), Wakil Kasatgas Merah Putih Kombes. Pol. Herry Heryawan (kiri), dan Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono (kanan) menunjukkan barang bukti kasus penipuan lewat telepon (phone fraud) di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (31/7/2017)./Antara-Reno Esnir

Kabar24.com,JAKARTA - Pasca penangkapan 148 warga negara asing yang terlibat kasus prnipuan polisi tak menetapkan satu pun dari mereka sebagai tersangka.

Polisi malah menyerahkan mereka ke pihak Imigrasi dan akhirnya 143 orang yang disebut merupakan warga China dan tidak memiliki paspor dideportasi oleh pihak Imigrasi melalui bandara Soekarno Hatta hari ini.

Padahal, ke 148 orang ini diketahui melakukan operasinya yakni dengan mengaku sebagai pihak penegak hukum mrnyasar para pejabat dan orang kaya di China yang terjerat hukum, menawarkan agar kasus mereka 'dibereskan, dengan imbalan uang.

Menurut Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Hendy F. Kurniawan, ada sejumlah alasan mengapa proses hukum para pelaku akan diserahkan kepada kepolisian China.

"Mereka sindikat, ada [pelaku] yang posisi di China, ini melakukan mapping informasi ketika ada seseorang yang bermasalah dengan hukum diinformasikan kepada kelompok yang di Indonesia. Yang di Indonesia ini yang kemudian menghubungi, mengaku sebagai jaksa, sebagai polisi, sebagai hakim, menawarkan bantuan kalau mau dibantu mentransfer sejumlah uang kepada pihak tertentu yang eksekusi uangnya itu ada di China," jelas Hendy, Kamis (3/8/2017).

Selain itu, kotban dan lapiran atas kejadian ini juga ada di China dan negara itu merupakan tempat kejadian perkara terbesar dalam kasus ini. Selain itu, bank yang digunakan dalam transaksi mereka juga ada di China.

"Kemudian, uang, bank yang digunakan adalah bank yang di China. Jadi ada tim juga yang mengeksekusi ketika uangnya sudah ditransfer ke salah satu bank itu," tambahnya.

Menurut Hendy, ke 148 pelaku baik.yang ada di Jakarta, Bali, maupun Surabaya berada di bawah naungan satu sindikat yang sama. Aksea internet yang begitu mudah didapatkan di Indonesia menjadi salah satu aladan mengapa mereka memilih beroperasi di sini.

"Dari sisi jaringan internet mereka mudah mendapat akses pemasangan walaupun sembunyi- sembunyi. Misalkan internet dipasang itu dengan router tidak sesuai dengan IP address. Kemudian, dipasang terlebih dahulu di tempat yang masih belum ada penghuninya setelah terpasang semua jaringan baru mereka didatangkan untuk masuk," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper