Bisnis.com, JAKARTA - Peran strategis Taruna Siaga Bencana (Tagana) bukan hanya fokus pada penanganan korban bencana alam, tetapi juga menangkal faham radikalisme dan terorisme.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, mengatakan tidak hanya bencana alam saja yang butuh penanganan korban secara komprehensif, tetapi juga para korban faham radikalisme dan terorisme yang dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Seperti dua tahun terahir ini Kementerian Sosial mendapat tugas menangani deportan Turki yang diduga teridentifikasi bagian dari ISIS,” katanya dalam situr sermi Kemensos, Jumas (21/7/2017).
Menurutnya, Tagana perlu menyiapkan tim layanan dukungan psikososial yang memahami bagaimana cara pendekatan persuasif dan efektif guna menurunkan tensi paham radikal yang dianut korban dan pada saat menanamkan jiwa nasionalisme.
Untuk itu, lanjutnya, Tagana juga hendaknya dibekali dengan pemahaman bela negara dan wawasan nusantara serta kemampuan layanan dukungan psikososial untuk memperkuat tim layanan tersebut.
"Bela negara tidak selalu dengan mengangkat senjata, tapi juga diwujudkan dengan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan keahlian," ujarnya.
Dia menjelaskan Tagana harus menyadari bahwa Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke, terdiri dari banyak suku, ras, agama, bahasa, golongan, budaya, dan kepercayaan yang harus tetap bersatu di bawah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Baru-baru ini Kemensos menyelenggarakan pelatihan perjejangan Tagana Madya bidang SAR dan TOT Dukungan Psikososial di Tagana Training Center di Sentul, Bogor. Persertanya ratusan anggota Tagana dari 34 Provinsi dan utusan lintas kementerian dan lembaga.