Bisnis.com, DOHA— Qatar mengaku siap mengunakan cadangan dana nasionalnya yang mencapai US$340 miliar, guna mengatasi kebijakan isolasi dari negara-negara Teluk Arab lainnya.
Gubernur Bank Sentral Qatar Sheikh Abdullah Bin Saoud al-Thani mengatakan, otoritasnya memiliki cadangan dana mencapai US$40 miliar yang ditambah oleh kepemilikan emasnya. Adapun Qatar Investment Authority memiliki cadangan dana berupa sovereign wealth fund senilai US$300 miliar yang siap digunakan.
"Hal itu menunjukkan kredibilitas sistem kami, kami memiliki cukup uang untuk bertahan dari berbagai bentuk guncangan," katanya seperti dikutip dari Reuters, Senin (10/7/2017).
Seperti diketahui, saham Qatar telah melemah dan riyal telah bergejolak di pasar spot sejak Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi dengan Qatar pada 5 Juni.
Qatar dalam hal ini dituding ikut mendanai segala bentuk aksi terorisme. Baru-baru ini Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir juga telah menerbitkan 13 syarat kepada Qatar sebagai kompensasi pencabutan isolasi tersebut.
Namun, Doha tetap bersikeras bahwa 13 syarat tersebut tidak akan dapat seluruhnya dikabulkan. Qatar menuding syarat tersebut memang sengaja dibuat agar tidak dapat dilaksanakan. Namun demikian, negara penghasil LNG terbesar di dunia ini masih mmebuka pintu negosiasi dengan negara-negara tetangganya tersebut
"Qatar telah memiliki sistem yang bagus dan unik. Kami memiliki undang-undang yang ditetapkan untuk melawan semua jenis dukungan pada teroris. Kami bekerja sama dengan IMF (Dana Moneter Internasional) dan institusi lain untuk menetapkan undang-undang dan audit serta ulasan kami," ," kata al Thani .
Al-Thani mengakui bahwa otoritasnya telah melihat adanya arus keluar modal dari Qatar. namun dia menyakatakan jumlahnya tidak terlalu signifikan.
"Ada lebih banyak dana yang masuk," tegasnya.
Sebelumnya, Moody's Investors Service pada awal bulan ini memutuskan untuk mengubah prospek peringkat kredit Qatar menjadi negatif dari stabil. Lembaga pemeringkat internasional itu beralasan risiko ekonomi dan keuangan yang timbul dari perselisihan yang sedang berlangsung antara Qatar dan aliansi yang dipimpin Arab Saudi, telah meningkat.