Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekan Pangan Impor, Begini Cara Singapura Bikin Ladang di Kota

Singapura yang langka sumber daya mengubah sejumlah kawasan yang kosong jadi ruang untuk perkebunan sementara kota pulau itu YANG berjuang mengurangi ketergantungannya pada makanan impor.
Singapura/Istimewa
Singapura/Istimewa

Bisnis.com, SINGAPURA -  Singapura yang langka sumber daya mengubah sejumlah kawasan yang kosong jadi ruang untuk perkebunan sementara kota pulau itu YANG berjuang mengurangi ketergantungannya pada makanan impor.

Negara kota yang makmur di Asia Tenggara itu mengimpor lebih 90% dari pangannya. Banyak di antaranya berasal dari negara-negara tetangga, yang dapat berpotensi rantai pemasokannya terganggu.

"Edible Garden City", sebuah perusahaan dengan pesan makanan yang Anda tumbuhkan sendiri, telah mendisain dan membangun lebih 50 kebun makanan di kota tropis itu bagi para pelanggannya mulai dari rumah-rumah makan dan hotel-hotel hingga sekolah-sekolah dan perumahan.

Salah satu proyeknya ialah Citizen Farm, sebuah kawasan seluas 8.000 meter persegi yang pernah dipakai untuk penjara, diubah jadi sebuah ladang kota. Komunitas setempat bisa belajar dan berladang bersama, demikian laman proyek itu.

Citizen Farm menghasilkan sayur-mayur hingga 100 kg, tumbuh-tumbuhan untuk bumbu 20 kg dan jamur 10-15 kg - cukup untuk konsumsi 500 orang - sehari.

Kebun tersebut relatif kecil dibandingkan dengan permintaan akan makanan di negara dengan 5,5 juta orang itu, tetapi ini sebagai permulaan, ata darren Ho, kata kepala prakarsa Citizen Farm.

"Tak ada sistem yang akan menggantikan impor, kami di sini untuk membuat kami lebih punya ketahanan pangan," ujar Ho, yang menambahkan tergantung kepada masyarakat untuk memutuskan bagaimana menjaga kemandirian.

Lembaga-lembaga pemerintah mempertimbangkan konsep perkebunan di kota yang didisain perusahaan itu untuk baberapa kawasan lain di kota tersebut, termasuk ruang-ruang di sekitar gedung-gedung tinggi yang jadi perumahan publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper