Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SERANGAN RANSOMWARE, Ukraina Tuduh Rusia

Ukraina, yang menjadi episentrum serangan siber, menuding Rusia sebagai dalang serangan varian baru virus Ransomware, yang kini dikenal sebagai Petya.
tampilan komputer yang terinfeksi Ransomware Petya
tampilan komputer yang terinfeksi Ransomware Petya

Bisnis.com, MOSKWA--Ukraina, yang menjadi episentrum serangan siber, menuding Rusia sebagai dalang serangan varian baru virus Ransomware, yang kini dikenal sebagai Petya.

Adapun, juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengaku tak memiliki informasi apapun mengenai asal serangan siber yang mulai merebak sejak Selasa (27/6/2017).

"Tidak ada seorang pun yang dapat melawan serangan itu sendirian dan sayangnya tuduhan yang disampaikan [oleh Ukraina] tidak akan menyelesaikan masalah," katanya, seperti dikutip Reuters, Rabu (28/6/2017).

ESET, perusahaan Slovakia yang memberikan jasa perlindungan komputer terhadap virus, mengatakan sebagian besar serangan varian virus Ransomware menginfeksi perusahaan-perusahaan dunia yang berbasis di Ukraina. Disusul kemudian oleh Italia.

Serangan virus Ransomware berjenis Petya melanda Eropa, dari Rusia, Ukraina, Rumania, Belanda, Norwegia hingga Inggris pada Selasa (27/6/2017). Serangan juga mengganggu operasional pelabuhan-pelabuhan di Mumbai hingga Los Angeles. Bahkan, proses produksi cokelat di Australia juga terpaksa terhenti.

Rencana serangan itu sebenarnya pernah diungkapkan 1 bulan sebelumnya, ketika pada Rabu (17/5/2017), The Shadow Brokers, kelompok peretas yang bertanggung jawab melakukan pencurian sistem Eternal Blue yang dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasional AS (NSA), mengaku akan melepaskan kode virus baru dalam waktu dekat. Virue tersebut yang tidak hanya menyerang perangkat lunak komputer, melainkan juga menyerang sistem di ponsel pintar.

“Lebih jelasnya ada pada bulan Juni,” tulis Shadow Brokers seperti dikutip dari Reuters ketika itu.

Kelompok peretas tersebut juga mengancam bakal menggunakan virus baru tersebut untuk membajak data nasabah dari bank-bank multinasional. Mereka juga menyatakan dapat menggunakan virus terbaru untuk mencuri data program rudal Rusia, China, Iran dan Korea Utara.

Salah satu korban serangan, perusahaan media di Ukraina, Selasa, (27/6/2017), seperti dikutip Reuters, menyatakan komputernya terkunci dan peretas meminta uang tebusan sebesar US$300 dalam bentuk Bitcoin untuk membuka akses dokumen yang terkunci.

"Jika anda melihat kalimat ini, maka dokumen-dokumen anda tidak dapat dibuka karena terenkripsi. Jangan buang waktu anda karena tidak ada seorang pun yang dapat membukanya tanpa bantuan kami," demikian pesan yang tertulis, seperti dikutip dari Channel 24, kantor berita Ukraina.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reuters
Editor : Gajah Kusumo
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper