Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Presiden Joko Widodo: TNI Tak Akan Salahgunakan Kekuasaan

Presiden Joko Widodo memiliki keyakinan yang kuat bahwa TNI tidak akan menyalahgunakan kekuasaannya.
Presiden Joko Widodo (tengah) tersenyum saat duduk di kabin pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 MK didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri), dan Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Agus Supriatna dalam puncak Latihan Tempur Angkasa Yudha 2016 di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (6/10)./REUTERS-Beawiharta
Presiden Joko Widodo (tengah) tersenyum saat duduk di kabin pesawat tempur Sukhoi SU-27/30 MK didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kiri), dan Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Agus Supriatna dalam puncak Latihan Tempur Angkasa Yudha 2016 di Natuna, Kepulauan Riau, Kamis (6/10)./REUTERS-Beawiharta

 

Kabar24.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo memiliki keyakinan yang kuat bahwa TNI tidak akan menyalahgunakan kekuasaannya.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat wawancara khusus dengan Antara, Kamis (8/6/2017).

Presiden Joko Widodo sangat yakin ke depan tidak akan ada penyalahgunaan kekuasaan TNI jika dilibatkan untuk menangani terorisme dalam revisi UU Antiterorisme karena sudah ada mekanisme kontrol yang berjalan dari masyarakat.

"Sekarang ini kan masuk dalam alam keterbukaan, ada yang ngontrol kok, masyarakat, LSM, bisa kontrol mereka. Kenapa kita harus ketakutan dengan masa lalu," kata Presiden, seperti ditulis Antara, Jumat (9/6/2017).

Presiden menambahkan, ke depan justru alam demokrasi akan semakin terbuka.

"Artinya ada yang kontrol tapi yang paling penting dan itu sekaligus memastikan tidak ada penyalahgunaan kekuasaan dalam tindakan-tindakan ini dan kita ingin agar koridor hukum makin jelas dan efektif. Jangan sampai kita ini hanya berdebat terus padahal terorisme sudah di depan kita, di Marawi lho," kata Presiden.

Presiden dalam forum KTT Arab Islam-Amerika di Riyadh pada 21 Mei 2017 menyampaikan pentingnya pendekatan soft power di samping hard power untuk mengatasi terorisme, namun tak lama sekembali dari Riyadh, terjadi ledakan bom di Kampung Melayu.

Presiden kemudian mengambil sikap tegas bahwa Indonesia memerlukan revisi UU Antiterorisme yang lebih menyeluruh atau mencakup sisi pencegahan, derasikalisasi, hingga penindakannya.

Menurut Kepala Negara, aksi teror kini tak lagi melihat sasaran sebab dalam kejadian di Kampung Melayu justru para korban adalah masyarakat biasa termasuk sopir kopaja, pemilik lapak, karyawan, dan mahasiswa.

"Enggak mikir lagi yang berada di situ siapa," katanya.

Presiden pun kemudian menyampaikan bahwa dengan revisi UU Antiterorisme diharapkan aparat mempunyai payung hukum dalam bertindak secara preventif menangani terorisme.

"Jangan kayak sekarang. Kejadian, baru bisa bergerak," katanya.

Ia juga setuju jika TNI masuk dalam UU tersebut sebab terorisme bukan sekadar tindak pidana melainkan juga ancaman untuk negara.

"Nah mengenai TNI masuk di sebelah mana masih dalam pembahasan dengan DPR. Kalau menurut saya ya di tempat-tempat yang sangat sulit, di udara, di laut, atau menurut lokasi tertentu yang diberikan perintah dari panglima tertinggi. Tapi itu masih dalam pembahasan," kata Presiden Jokowi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper