Bisnis.com, JAKARTA— Arus modal masuk non-residen ke pasar negara berkembang, diproyeksikan akan mencapai US$970 miliar pada tahun ini atau naik 35% dari pencapaian pada 2016.
Institute of International Finance (IIF) dalam laporannya menyebutkan, proyeksi tersebut disesuaikan oleh kuatnya arus modal ke kawasan negara berkembang pada kuartal I/2017. Fenomena derasnya arus modal masuk ke kawasan tersebut di antaranya disebabkan oleh meredanya gesekan di sektor perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan Meksiko dan China.
“Melihat kondisi terbaru selama lima bulan pertama tahun ini, kami memandang bahwa ancaman konflik di sektor perdagangan telah mereda,”kata Hung Tran, Managing Director IIF, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (7/6/2017).
Adapun, proyeksi terbaru IIF ini naik US$290 miliar dari proyeksi sebelumnya yang dilakukan pada Februari 2017. Kala itu, perkiraan IIF lebih banyak dipengaruhi oleh rencana proteksi perdagangan Paman Sam di bawah kendali Presiden Donald Trump.
Tran menambahkan, ketakutan pasar global akan aksi AS menghukum China sebagai manipulator mata uang dan pengabaian perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara (NAFTA) justru tak terjadi. Namun demikian, risiko di pasar global tak menghilang begitu saja. Kini perhatian pasar tertuju pada rencana pengetatan moneter bertahap yang dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed).
Sementara itu, untuk aliran masuk portofolio non-residen pada 2018 diperikirakan akan kembali meningkat menjadi lebih dari US$1 triliun. Apabila prediksi tersebut tepat, maka akan mengulang rekor yang sempat terjadi pada 2014
Seperti diketahui, arus masuk modal non-residen ke negara berkembang anjlok ke level terendahnya selama 12 tahun terakhir pada 2015.
Meskipun diperkirakan akan terjadi rebound arus masuk modal dari investor asing di negara berkembang. IIF memeringatkan bahwa ancaman arus modal keluar dari negara berkembang secara gabungan juga tetap berpeluang terjadi.
Penyumbang terbesar arus keluar modal dari negara berkembang adalah China. Organisasi tersebut memperkirakan arus keluar modal dari penduduk Negeri Panda akan mencapai US$892 miliar tahun ini, atau turun sebesar US$141 miliar dari 2016, dan akan turun kembali pada 2018.