Kabar24.com, JAKARTA – Uji coba rudal balistik terkini oleh Korea Utara dikabarkan menggunakan roket baru dengan sistem panduan presisi yang jatuh dalam jarak tujuh meter dari targetnya.
Pemimpin Korut Kim Jong Un mengawasi secara langsung peluncuran rudal tersebut pada Senin dini hari dari pantai timur negara itu.
Menurut kantor berita milik pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA), persiapan sebelum peluncuran roket dilakukan secara lebih otomatis dibandingkan persiapan untuk roket Hwasong atau Scud yang diluncurkan pada uji coba sebelumnya. Hal ini secara nyata mengurangi waktu untuk peluncuran.
Klaim atas akurasi itu, jika benar, berpotensi menunjukkan kemajuan signifikan dalam program rudal Korea Utara.
Kim Jong Un dikabarkan menyerukan pengembangan lebih lanjut senjata strategis yang lebih kuat.
“Kita tidak bisa membuktikan apakah itu hanya gertakan, tapi Korea Utara pada dasarnya mengatakan dapat mencapai targetnya dengan tepat. Ini merupakan berita menakutkan bagi AS (Amerika Serikat),” kata Suh Kune Y., seorang profesor di departemen teknik nuklir Seoul National University, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (30/5/2017).
Baca Juga
Jika kabar itu benar, tambahnya, maka berarti Korut saat ini berada di tahap akhir pengembangan rudal.
Rudal itu pertama kali muncul pada parade militer tanggal 15 April untuk merayakan kelahiran pendiri Korea Utara Kim Il Sung, sebelum meluncur sejauh 450 km menuju Jepang.
Menurut pihak militer Korea Selatan, pemerintah Jepang mengatakan bahwa rudal tersebut kemungkinan telah jatuh di perairan dalam zona ekonomi eksklusif Jepang.
Peluncuran rudal pada Senin, yang kesembilan kalinya dilakukan oleh Korut sepanjang tahun ini, terjadi dua hari setelah para anggota G-7 sepakat untuk memperkuat tindakan yang ditujukan untuk mendorong Korea Utara menghentikan ambisi nuklir dan uji coba rudal balistik.
Sejumlah pemimpin dunia berupaya menghentikan provokasi negara yang terisolasi itu. Presiden Korea Selatan Moon Jae-in memilih cara lunak dalam menghadapi Korut, sementara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe cenderung mengambil tindakan lebih keras.
KCNA menegaskan bahwa Korea Utara tidak akan terpengaruh tekanan dari G-7.
“KTT G-7 adalah tempat para pemilik nuklir dan rudal berkumpul untuk mendiskusikan bagaimana caranya menekan negara-negara lemah dan pihak yang tidak mereka senangi. AS dan pengikutnya keliru jika mereka berpikir bisa mencegah DPRK (Democratic People's Republic of Korea) dari nuklirnya melalui sanksi dan tekanan,” tegas KCNA.