Bisnis.com, SINGAPURA – Serangan berskala global dengan telah menginfeksi puluhan ribu komputar di hampir 100 negara.
Asia pun dinilai tidak luput dari serangan yang memanfaatkan alat peretas, yang diyakini telah dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasiona (NSA) Amerika Serikat, tersebut.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2017), sejumlah rumah sakit, sekolah, universitas dan institusi lainnya menjadi sasaran dari serangan siber yang menjebak korbannya melalui email spam tersebut.
Email yang tampaknya mengandung faktur, tawaran pekerjaan, peringatan keamanan dan jenis data sah lainnya itu, ternyata ternyata melampirkan malware berbahaya.
Peretas dalam data enskripsi di komputer menuntut pembayaran sebesar US $300 – $600 agar memulihkan akses yang terserang malware tersebut.
Kendati begitu, tingkat kerusakan serangan siber di Asia belum bisa diketahu.
“Saya yakin banyak perusahaan belum menyadarinya,” kata William Saito, penasihat keamanan siber untuk pemerintah Jepang.
Adapun, serangan tersebut juga dikabarkan mengganggu sistem layanan kesehatan Inggris dan sistem korporasi berskala global, FedEx.