Bisnis.com, Bari, ITALIA – Para menteri keuangan dari Kelompok tujuh negara maju atau G7 membahas serangan siber global yang hampir menyasar 100 negara sejak kemarin, Jumat (12/5/2017).
Namun, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2017), dalam pertemuan yang dihelat di Bari, Italia, kelompok tersebut belum bisa mengetahui pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Menteri Ekonomi Italia Pier Carlo Padoan dan Gubernut Bank Sentral Italia Ignazio Visco keduanya pun pada akhir pertemuan menyatakan bahwa G7 belum memiliki petunjuk mengenai siapa yang berada di balik serangan tersebut.
“Terus terang tidak. Kami diskusikan [tentang serangan siber global itu] tapi kami tidak tahu apa-apa,” kata Visco.
Adapun, serangan siber berskala global ini memanfaatkan alat peretas yang diyakini telah dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasiona (NSA) Amerika Serikat.
Puluhan ribu komputer di hampir 100 negara telah terinfeksi malware. Serangan tersebut bahkan telah mengganggu sistem layanan kesehatan Inggris dan sistem korporasi berskala global, FedEx.
Peretas menjebak korbannya agar membuka email spam yang tampaknya mengandung faktur, tawaran pekerjaan, peringatan keamanan dan jenis data sah lainnya. Namun, email itu ternyata melampirkan malware berbahaya.
Peretas dalam data enskripsi di kopmputer menuntut pembayaran sebesar US $300 – $600 agar memulihkan akses yang terserang malware tersebut.
Periset dari penyedia jasa keamanan perangkat lunak, Avast, mengatakan pihaknya sudah menemukan sekitar 57.000 komputer yang terinfeksi di 99 negara. Rusia, Ukraina dan Tawaian menjadi menjadi sasaran utama.