Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wow, Hampir 100 Negara Terkena Serangan Siber Global

Serangan siber berskala global dengan memanfaatkan alat peretas yang diyakini telah dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasiona (NSA) Amerika Serikat telah menginfeksi puluhan ribu komputar di hampir 100 negara.
Kominfo merilis cara efektif menangkap serangan ciber/ilustrasi-aljazeera.com
Kominfo merilis cara efektif menangkap serangan ciber/ilustrasi-aljazeera.com

Bisnis.com, SINGAPURA – Serangan siber berskala global dengan memanfaatkan alat peretas yang diyakini telah dikembangkan oleh Badan Keamanan Nasiona (NSA) Amerika Serikat telah menginfeksi puluhan ribu komputer di hampir 100 negara.

Serangan tersebut bahkan telah mengganggu sistem layanan kesehatan Inggris dan sistem korporasi berskala global, FedEx.

Dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2017), peretas menjebak korbannya agar membuka email spam yang tampaknya mengandung faktur, tawaran pekerjaan, peringatan keamanan dan jenis data sah lainnya. Namun, email itu ternyata melampirkan malware berbahaya.

Peretas dalam data enskripsi di komputer menuntut pembayaran sebesar US $300 – $600 agar memulihkan akses yang terserang malware tersebut.

Periset dari penyedia jasa keamanan perangkat lunak, Avast,  mengatakan pihaknya sudah menemukan sekitar 57.000 komputer yang terinfeksi di 99 negara. Rusia, Ukraina dan Taiwan menjadi menjadi sasaran utama.

Beberapa ahli mengatakan ancaman tersebut telah surut untuk saat ini. Seorang peneliti yang berbasis di Inggris, yang tidak ingin mempublikasikan identitasnya, mendaftarkan suatu domain—yang mana diketahui berusaha disusupi malware itu juga—untuk membatasai penyebaran serangan tersebut.

“Infeksinya sangat sedikit, karena malware tidak dapat terhubung ke domain terdaftar,” kata Vikram Thakur, Manajer Riset Utama di Symantec.

“Jumlahnya sangat rendah dan turun dengan cepat.”

Kepala Keuangan G7, kelompok negara-negara maju, dalam draf pertanyaan resmi sebuah pertemuan yang dihelat di Italia, Sabtu ini, menyatakan bahwa mereka akan membahas upaya untuk memerangi ancaman serangan siber internasional.

“Respons kebijakan ekonomi yang tepat dibutuhkan,” kata para menteri dalam draf pernyataan mereka yang dilaporkan Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper