Kabar24.com, JAKARTA – Calon Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan kesiapannya menghadapi ambisi nuklir Korea Utara melalui pembicaraan langsung dengan diktator Korut, Kim Jong-un.
Dalam wawancara dengan surat kabar lokal, Moon - satu dari dua kandidat terkuat dalam pemilihan presiden Korsel yang akan digelar pada 9 Mei – berpendapat bahwa Korsel harus bernegosiasi dengan pemimpin Korut tersebut demi menyelesaikan isu tentang nuklir.
“Saya rasa kita harus memelopori hal ini. Saat ini, kita adalah penonton yang berharap agar diskusi antara AS dan China akan berjalan dengan baik,” ujar Moon, seperti dikutip dari Bloomberg (Selasa, 11/4/2017).
Ia pun mengungkapkan kekecewaannya mengetahui tidak tercapainya kesepakatan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping tentang isu Korea Utara tersebut dalam pertemuan mereka pekan lalu.
Ketegangan geopolitik telah meningkat di semenanjung Korea setelah pemerintahan Trump berkomitmen untuk mempertimbangkan semua pilihan, termasuk kekuatan militer, untuk mendesak Kim Jong-un menghempaskan program nuklirnya.
Pihak militer AS baru-baru ini membelokkan armada tempurnya yang dipimpin oleh kapal USS Carl Vinson ke perairan dekat Korea Utara. Langkah tersebut serta merta mendorong protes
dari Korea Utara.
Menurut sumber dari kantor berita di Korut, seorang juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara pada Senin menyebut langkah AS dalam mengerahkan armadanya itu sebagai sesuatu yang gegabah.
Langkah AS tersebut hanya akan membenarkan aktivitas persenjataan nuklir Korea Utara yang digunakan untuk pertahanannya.
Pemerintah AS sendiri telah mengesampingkan adanya pembicaraan secara terbuka dengan Korut hingga negara yang terletak di wilayah utara semenanjung Korea tersebut berkomitmen untuk menghentikan aktivitas senjata nuklirnya.
Negara adidaya tersebut pernah mengupayakan perundingan dengan lima negara lainnya, yakni China, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, dan Rusia, pada 2009 namun terhenti.
Moon adalah calon untuk Partai Demokrat Korea berhaluan kiri, yang secara tradisional cenderung atas pendekatan yang lebih lunak terhadap Korea Utara. Sementara itu, rival-rivalnya dalam pilpres Korsel untuk menggantikan mantan Presiden Park Geun-hye memilih sikap yang lebih keras terhadap rezim Kim Jong-un.