Bisnis.com, JAKARTA - Berikut headlines Bisnis Indonesia edisi cetak Jumat, 7 April 2017. Untuk menyimak lebih lanjut, silakan kunjungi http://epaper.bisnis.com/
Seksi Market
Hal 13. EMITEN TAKSI: Kinerja Masih Tertekan
Pendapatan dan laba dua emiten taksi reguler yakni PT Blue Bird Tbk. dan PT Express Transindo Utama Tbk. kompak melemah sepanjang tahun lalu akibat kian populernya angkutan berbasis aplikasi dalam jaringan.
Hal 14. PELUNCURAN ETP OBLIGASI: Era Keterbukaan Telah Tiba
Tampah berisi tumpeng, lauk, dan selada hadir saat pembukaan perdagangan Kamis (6/4) pagi, di gedung Bursa Efek Indonesia. Dalam tradisi masyarakat di Jawa, Bali, dan Madura, kehadiran tumpeng menjadi penanda peristiwa penting.
Hal 15. KINERJA 2016: Cerita Sendu dari Geladak Kapal
Emiten pelayaran menutup 2016 dengan capaian kinerja yang belum sesuai dengan harapan. Pendapatan sebagian besar emiten tergerus dan harus menelan kerugian yang kian membengkak.
Hal 16. MINYAK MENTAH DUNIA: Sentimen AS Hambat Kenaikan Harga
Penambahan pasokan minyak mentah Amerika Serikat diprediksi masih menekan harga di tengah optimisme akan perpanjangan pemangkasan produksi OPEC. Oleh karena itu, harga diperkirakan cenderung menurun terbatas pada kuartal II/2017.
Hal 17 - 20. TABEL BURSA
Hal 21. BPJS KETENAGAKERJAAN: Sinkronisasi Aturan Bermasalah
Badan Pemeriksa Keuangan menemukan permasalahan terkait dengan sinkronisasi peraturan dan kepesertaan dalam penyelenggaraan jaminan sosial yang dilaksanakan BPJS Ketenagakerjaan pada 2016.
Hal 22. LAYANAN PERBANKAN SYARIAH: Memilih Target Perburuan Dana Haji
Dian Arifi ani selalu bersemangat menyambut Jumat pagi. Sebab, pada hari itu, selalu saja ada nasabah yang mendaftarkan diri untuk mengikuti program dana tabungan haji.
Hal 23. INDUSTRI PERBANKAN: Di Antara Angka dan Manusia
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah menyebut perbankan sebagai salah satu bidang yang minim studi kasus soal kepemimpinan.
Hal 24. KONVERSI UTANG JADI MODAL: Bank Butuh Waktu
Beberapa bank yang masuk dalam kategori sistemik menilai instrumen utang yang bisa dikonversi menjadi modal, seperti obligasi subordinasi dan convertible bond, memiliki beban biaya cukup mahal.