Kabar24.com, JAKARTA - Warga Kabupaten Ponorogo masih was-was dengan kondisi wilayahnya seiring tragedi tanah longsor pada Sabtu (1/4/2017).
Warga bahkan dikabarkan mendengar ada suara gemuruh di desa Dayakan Kecamatan Bandegan, Kabupaten Ponorogo pada Rabu, (5/4). Hal itu membuat ratusan warga mengungsi. "Sekitar 56 kk, sampai pagi ini, masih belum berani kembali ke rumahnya.," kata Kateno, Kepala Desa Dayakan, Kamis (6/4/2017).
Sampai hari ini, di desa Dayakan juga dilaporkan terdapat retakan tanah selebar 30 cm dengan kedalaman sudah mencapai 3 meter. Retakan terdapat pada ketinggian bukit 300 meter yang berada sekitar 3 kilometer dari Balai Desa..
(Retakan tanah/Istimewa)
Penyimpanan Bantuan Logistik
Sementara itu, seperti dilaporkan Antara, Gedung Sekolah Dasar Negeri Banaran, Kabupaten Ponorogo saat ini digunakan sebagai tempat menyimpan bantuan logistik sementara dari berbagai pihak untuk kebutuhan pengungsi dan warga terdampak tanah longsor di desa setempat.
"Beberapa kelas memang digunakan untuk menyimpan bantuan sementara," ujar salah seorang guru SDN Banaran, Datri, ketika ditemui di lokasi, Kamis.
Menurut dia, penyimpanan bantuan di kelas karena tidak ada lagi tempat dengan bangunan luas sebagai lokasi ditumpuknya logistik, seperti selimut, baju, kasur, dan makanan maupun minuman.
Terlebih di sekolah tersebut jaraknya hanya sekitar 50 meter dari ujung "lidah" tanah longsoran yang titik utamanya berada di Dukuh Tangkal.
"Lagipula tidak ada aktivitas di sekolah ini karena semua siswa dialihkan belajar mengajarnya di Masjid Ibadus Solihin yang berada sekitar 100 meter dari gedung sekolah," ucapnya.
(Retakan di tembok TK/Istimewa)
Guru kelas 1 tersebut mengatakan sebanyak 169 siswa mulai kelas 1-6 terganggu belajarnya karena kejadian tanah longsor dan pelajaran diganti dengan kegiatan yang mengajak anak-anak menghilangkan rasa trauma.
Pemindahan kelas untuk pembelajaran siswa ini, kata dia, juga atas instruksi kepala UPK Dinas Pendidikan Kecamatan Pulung agar sementara mengosongkan sekolah dan memindahkan tempat aman, di masjid, rumah penduduk atau lainnya yang ada di wilayah aman.
"Beberapa guru memandu pembelajaran yang bersifat hiburan, pelatihan hasta karya dan beberapa permainan lain," tuturnya.
(Retakan di dinding rumah warga/Istimewa)
Sementara itu, pantauan di lokasi, beberapa ruangan digunakan menyimpan ratusan dus berisi makanan seperti mi instan. Logistik lainnya tertumpuk hingga mendekati atap kelas.
Sejumlah relawan juga melakukan penjagaan di sekitar sekolah tersebut sekaligus membantu kelancaran proses penanganan kepada warga maupun pengungsi jika memerlukan bantuan sewaktu-waktu.