Bisnis.com, JAKARTA - Seiring luasnya landaan longsor Ponorogo, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) bersama BIG (Badan Informasi Geospasial) dan Badan Geologi memanfaatkan drone atau pesawat tanpa awak untuk memetakan daerah longsoran.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan penerbangan pesawat terbang tanpa awak itu dimaksudkan guna membantu kaji cepat operasi tanggap darurat.
"Peta ini digunakan untuk menjelaskan lebih detil mengenai luas dan dampak longsoran. Selain itu, dengan pemetaan detil melalui drone dapat dilihat secara langsung kemungkinan adanya daerah-daerah lain berpotensi longsor susulan," tuturnya seperti siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (3/4/2017).
Menurutnya hasil pemetaan dan survei di lapangan menunjukkan bahwa jenis longsor di Ponorogo adalah longsor translasi yaitu longsor yang disebabkan adanya pergerakan massa tanah dan bebatuan yang terdapat di bidang gelincir berbentuk rata.
Sutopo menerangkan bahwa retakan di perbukitan yang terbentuk pada 11/3/2017 kemudian terus melebar sehingga terjadi longsor pada 1/4/2017, dari mahkota longsor meluncur menghantam dinding bukit di depannya.
Menurutnya adanya perbedaan morfologi menyebabkan material longsor berbelok ke arah kiri meluncur dan menerjang permukiman mengikuti lereng.
"Jarak antara mahkota longsor dengan titik terakhir landaan longsor sekitar 2 kilometer. Lebar landaan sekitar 200 meter dan tebal longsoran 20 meter. Inilah salah satu yang menyebabkan sulitnya pencarian korban tertimbun longsor," jelasnya.
Menurut Sutopo penggunaan drone untuk penanggulangan bencana bukanlah hal yang baru. Pasalnya, untuk kebutuhan kaji cepat yang efektif, drone sangat bermanfaat.
"Keluwesan terbang drone, baik vertikal maupun horizontal dalam jangkauan tertentu, serta kemampuan mengambil gambar dari ketinggian tertentu, drone telah menawarkan gambar atau landscape berbeda dalam melihat peristiwa bencana," tuturnya.
Dia menerangkan sebuah studi yang dilakukan Palang Merah Amerika menyebutkan bahwa drone adalah salah satu teknologi baru yang paling menjanjikan dan ampuh untuk meningkatkan respon bencana.
"Bahkan saat ini, drone banyak juga digunakan oleh media massa dalam peliputan bencana karena drone memiliki potensi yang besar dalam menyiarkan berita kepada publik," ujarnya.
Pasalnya mereka dapat menggunakan perangkat ini untuk melaporkan berita dari berbagai perspektif. Gambar dan video yang dihasilkan dari drone menjadi sumber informasi yang penting bagi pemerintah selaku pemegang keputusan, dan juga bagi masyarakat dalam angka memberikan informasi, edukasi, dan menumbuhkan kesiapsiagaan.
Sementara itu, operasi SAR untuk menemukan 26 korban yang masih tertimbun longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo terus dilakukan oleh tim SAR gabungan.
Sebanyak lebih dari 1.500 personil tim SAR gabungan terus mencari korban. Sebanyak 7 alat berat dikerahkan. Operasi pencarian dilakukan dengan membagi 3 sektor, yaitu sektor A untuk kedalaman timbunan longsor 17-20 meter dikoordinir oleh Basarnas, sektor B oleh TNI, dan sektor C oleh Polri.
Berikut laporan sementara proses evakuasi Bencana alam tanah longsor DS. BANARAN dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo:
A. Korban di ketemukan Hari Minggu tanggal 2 April 2017 :
1. KATEMI, Pr, 65 thn, almt. Rt/Rw 03/01 Dkh. Tangkil. Ds. Banaran Kec. Pulung Kab. Ponorogo, Korban ditemukan pada posisi terjepit bangunan rumah dan tanah pada pukul 10.30 Wib.
2. IWAN, Lk, 28 thn, alamat -sda-, posisi saat sedang tidur dikamar. Korban ditemukan pd pkl. 11.45 Wib.
B. Korban hari Senin tanggal 03 April 2017 :
1. NADI, 45 laki laki , Islam Rt 03 Rw 01 Dkh Tangkil Ds Banaran ketemu pukul 13.30 Wib
Data :
Jumlah 200 Orang terkena dampak longsor :
1. 3 ( Tiga ) Korban telah ditemukan dalam keadaan meningal dunia.
2. 25 Orang masih belum diketemukan.
3. 102 Orang selamat mengungsi di Posko Rumah Kades Banaran Bapak Sarnu.
4. 70 orang warga mengunsi kerumah sanak saudara desa tetangga.
5. 29 Rumah rusak tertimbun tanah.
Hewan ternak sekitar :
1. Sapi : 4 Ekor
» 2 Ekor sapi ketemu
2. Kambing : 150 Ekor
» Ketemu 2 ekor kambing
Kendaraan
1. Mobil : 2 Unit rusak
2. Sepeda motor : 20 Unit tertimbun tanah,
» 5 Unit motor sdh ketemu
Kisaran suara dan kondisi warga masyarakat Dkh Tangkil Ds Banaran :
1. Pada saat malam hari warga mendengar suara warga minta tolong dari lokasi tetapi saat di carai dari sumber suara tidak ada orang.
2. Banyak warga yang masih depresi di karenakan kehilangan sanak saudara
3. Sumua warga yang selamat serta sekitar warga yang terdapak di sekitar lokasi juga ikut mengungsi di lokasi yang lebih aman
Dana terkumpul
1. Kemenasos : 800 jt
2. BNPB : 500 Jt
3. BNI : 100 jt
Catatan :
1. sekitar 30 cm dari titik atas tanah masih retak sekitar 25 M kemungkinan apabila hujan terus turun tanah akan longsor.
2. Kondisi tanah di titik atas longsor masih gerak.
3. Ada sekitar 18 KK di RT 3 RW 1 Dkh Krajan sekitar 500 M dari lokasi titik longasor blm mau mengungsi.
4. Di bawah longasoran ada sungai yang tertutup oleh tanah apabila air penuh di kawatirkan akan berbahaya bagi rumah warga di bawah.
5. Adapun medan untuk evakuasi sangat sulit serta cuaca kurang mendukung.