Kabar24.com, JAKARTA—Kementerian Perhubungan diminta untuk membangun infrastruktur transportasi antarmoda di Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau guna menarik minat operator penerbangan untuk beroperasi di Bandara Letung Pulau Jemaja.
Bupati Kabupaten Anambas Abdul Haris mengatakan Kabupaten Kepulauan Anambas memerlukan moda angkutan yang terintegrasi, mulai dari udara, darat dan laut agar sektor pariwisata dapat berkembang.
“Kabupaten Anambas ini kan terdiri dari pulau-pulau kecil dan dibatasi laut. Oleh karena itu, kami berharap Kemenhub dapat menyediakan infrastruktur antarmoda, khususnya angkutan laut,” katanya, Selasa (21/03).
Abdul menilai jumlah angkutan laut yang tersedia di Kepulauan Anambas saat ini, yakni dua unit kapal cepat berkapasitas 50 kursi, masih belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Tak hanya kuantitas, kualitas dua unit kapal cepat tersebut juga perlu ditingkatkan, terutama dari sisi kecepatan. Asal tahu saja, waktu yang dibutuhkan dari Pulau Jemaja ke Tarempa—ibukota Kabupaten Kepulauan Anambas—mencapai sekitar 4-5 jam.
“Posisi antar pulau cukup berjauhan. Kami butuh kapal yang bisa dipacu hingga 28-30 knot, sehingga dari Jemaja ke Tarempa itu bisa ditempuh dalam satu jam. Dengan begini, layanan bagi masyarakat, termasuk wisatawan juga dapat meningkat,” tutur Abdul.
Dia optimistis para maskapai akan lebih tertarik untuk beroperasi di Bandara Letung apabila kebutuhan infrastruktur antarmoda sudah terpenuhi. Dengan demikian, upaya pemerintah daerah untuk menggenjot sekto pariwisata dapat terwujud.
Seperti diketahui, Kemenhub berencana merampungkan pembangunan Bandara Letung yang ditaksir menghabiskan dana sebesar Rp250 miliar di Kecamatan Jemaja Timur, Kabupaten Anambas Kepulauan Riau, pada Maret 2017.
Kepala Satuan Pelaksana (Satpel) Bandara Letung Kemenhub Ariadi Widiawan mengatakan proses pembangunan bandara masih terus berjalan. Menurutnya, pekerjaan yang dilakukan lebih banyak berada di sisi darat.
"Misalnya seperti jalan GSE (ground support equipment), akses pemadam kebakaran, jalan lingkungan, drainase, parkir dan lain sebagainya. Kami juga sudah kontrak dengan swata untuk menyelesaikan itu semua dalam satu bulan," katanya.
Bandara yang dikerjakan sejak 2014 ini sebenarnya telah beroperasi sejak November 2016 yang lalu. Namun, bandara tersebut hanya dilayani operator penerbangan perintis, Susi Air dengan frekuensi terbang sebanyak dua kali per pekan.
Sejalan dengan itu, status bandara akan dinaikkan menjadi bandara umum atau bandara kelas III dari sebelumnya bandara perintis. Seluruh persyaratan kini tengah dirampungkan guna mendapatkan sertifikat bandar udara (SBU).
Dengan status bandara sebagai bandara umum, peluang maskapai komersial untuk beroperasi di Bandara Letung menjadi terbuka, khususnya yang mengoperasikan pesawat berkapasitas di atas 30 kursi.