Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Obama Bantah Sadap Percakapan Telepon Trump

Tuduhan Presiden Donald Trump bahwa pendahulunya, Barck Obama, memerintahkan penyadapan terhadap hubungan telepon dirinya merupakan tudingan 'yang sepenuhnya salah,' menurut seorang juru bicara Obama.
Presiden terpilih AS Donald Trump bertemu Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Washinton, Kamis (10/11/2016) atau Jumat (11/11/2016)./REUTERS
Presiden terpilih AS Donald Trump bertemu Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Washinton, Kamis (10/11/2016) atau Jumat (11/11/2016)./REUTERS
Bisnis.com, JAKARTA - Tuduhan Presiden Donald Trump bahwa pendahulunya, Barck Obama, memerintahkan penyadapan terhadap hubungan telepon dirinya merupakan tudingan 'yang sepenuhnya salah,' menurut seorang juru bicara Obama.
 
Melalui Juru Bicara Kevin Lewis, Obama mengatakan bahwa baik Presiden Obama maupun pejabat Gedung Putih lainnya tidak pernah memerintahkan pengawasan pada warga negara AS manapun. Sebelumnya, Trump menyatakan bahwa baru saja ditemukan bahwa Obama melakukan penyadapan terhadap dirinya di Trump Tower sebelum kemenangannya dalam pilres AS.
 
Akan tetapi Trump tidak memberikan detail yang mendukung tudingannya tersebut sebagaimana dikutip BBC.co.uk, Minggu (5/3/2017).
 
Pada bagian lain dalam pernyataannya, juru bicara Obama mengatakan bahwa ketentuan utama pemerintahan Obama adalah bahwa tidak boleh ada pejabat Gedung Putih yang boleh turut campur dalam penyelidikan independen yang dipimpin oleh Departemen Kehakiman.
 
Pernyataan itu mengisyaratkan kemungkinan bahwa sedang berlangsung suatu penyelidikan yudisial. Gedung Putih mengakui, Jaksa Agung AS Jeff Sessions bertemu duta besar Rusia sebanyak dua kali selama kampanye presiden Donald Trump tahun lalu. 
 
Sebelumnya Ben Rhodes, penasihat kebijakan luar negeri dan penulis pidato Obama, juga menjawab tudingan Trump dengan mengatakan bahwa tidak ada presiden yang boleh memerintahkan penyadapan. 
 
Trump, yang sedang berada di resor miliknya di Florida, melontarkan serangkaian tudingan itu melalui akun Twiter kemarin pagi waktu setempat.
 
Dia menyebut dugaan penyadapan itu merupakan perilaku tak bermoral dan menyamakan dengan kasus Watergate. Kasus yang melibatkan Presiden Richard Nixon itu merupakan skandal politik paling terkenal pda 1972. 
 
Skandal itu menyebabkan kejatuhan Presiden Richard Nixon, setelah komplotan mata-mata politik, sabotase dan penyuapan, terungkap oleh media.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper