Bisnis.com, JAKARTA - Hakim Mahkamah Konstitusi Suhartoyo mengaku ditanya penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal kronologi Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) tentang uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Peternakan Dan Kesehatan Hewan.
"Ditanya kronologi RPH enam kali itu lho. Satu persatu ditanya detail," kata Suhartoyo seusai menjalani pemeriksaan sebagai saksi dengan tersangka Patrialis Akbar dalam penyidikan tindak pidana korupsi suap terkait uji materi tersebut di gedung KPK, Jakarta, Kamis (2/3/2017).
Selain itu, kata dia, dirinya juga ditanya oleh penyidik soal pemaknaan amar putusan uji materi tersebut.
"Sama pemaknaan amar putusan, itu aja. Penyidik minta dijelaskan," ucap Suhartoyo.
Patrialis ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK karena diduga menerima hadiah dalam bentuk mata uang asing sebesar 20 ribu dolar AS dan 200 ribu dolar Singapura (sekitar Rp2,1 miliar) dari Direktur Utama PT Sumber Laut Perkasa dan PT Impexindo Pratama, Basuki Hariman, agar permohonan uji materil Perkara No 129/PUU-XIII/2015 tentang UU Nomor 41 Tahun 2014 Peternakan Dan Kesehatan Hewan, dikabulkan MK.
Perkara No 129/PUU-XIII/2015 itu sendiri diajukan oleh 6 pemohon yaitu Teguh Boediayana, Mangku Sitepu, Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Gun Gun Muhammad Lutfhi Nugraha, Asnawi dan Rachmat Pambudi yang merasa dirugikan akibat pemberlakuan zona "base" di Indonesia karena pemberlakuan zona itu mengancam kesehatan ternak, menjadikan sangat bebasnya importasi daging segar yang akan mendesak usaha peternakan sapi lokal, serta tidak tersedianya daging dan susu segar sehat yang selama ini telah dinikmati.
UU itu mengatur bahwa impor daging bisa dilakukan dari negara "Zone Based", dimana impor bisa dilakukan dari negara yang sebenarnya masuk dalam zona merah (berbahaya) hewan ternak bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), termasuk sapi dari India.
Hal itu berbeda dengan aturan sebelumnya, yakni "country based" yang hanya membuka impor dari negara-negara yang sudah terbebas dari PMK seperti Australia dan Selandia Baru. Australia adalah negara asal sapi impor PT Sumber Laut Perkasa.
Patrialis bersama dengan orang kepercayaannya Kamaludin disangkakan pasal 12 huruf c atau pasal 11 UU No 31/1999 sebagaimana diubah UU No 20/2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP dengan ancaman pidana penjara paling lama seumur hidup atau 20 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar.
Tersangka pemberi suap adalah Basuki dan sekretarisnya, Ng Fenny, yang disangkakan pasal 6 ayat 1 huruf a atau pasal 13 UU No 31/1999 sebagaimana diubah dengan UU No 20/2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1 dengan ancaman pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun serta denda paling kecil Rp150 juta dan paling banyak Rp750 juta.
Sebelumnya, Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) pada Kamis (16/2) telah memutuskan hakim konstitusi Patrialis Akbar melakukan pelanggaran berat dan menjatuhkan sanksi pemberhentian dengan tidak hormat.
KPK Tanya Hakim MK Kronologi RPH Tentang UU Peternakan
Hakim Mahkamah Konstitusi Suhartoyo mengaku ditanya penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal kronologi Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) tentang uji materi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Peternakan Dan Kesehatan Hewan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
16 menit yang lalu
Gantian Puan Maharani Sentil Gus Miftah soal Prank Penjual Es Teh
37 menit yang lalu