Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Unicef: Seperempat Populasi Anak Dunia Terjebak di Negara Konflik

Unicef melaporkan sebanyak seperempat dari total anak di Dunia tinggal di negara konflik
Anak-anak bermain air dari pipa yang rusak di wilayah Sheikh Saeeed, Aleppo, Suriah (20/8/2016)./Reuters- Abdalrhman Ismail
Anak-anak bermain air dari pipa yang rusak di wilayah Sheikh Saeeed, Aleppo, Suriah (20/8/2016)./Reuters- Abdalrhman Ismail

Bisnis.ocm, JAKARTA-United Nations Children’s Fund (Unicef) melaporkan data terbaru bahwa seperempat dari total jumlah anak di seluruh dunia saat ini tinggal di daerah konflik. Itu adalah rekor tertinggi dalam 70 tahun terakhir.

Menurut laporan dari organisasi naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut, ada sekitar 535 juta anak di dunia yang tinggal di negara konflik atau terkena imbas bencana. Angka itu setara dengan satu dari empat anak di dunia saat ini.

Direktur Eksekutif Unicef Anthony Lake mengungkapkan mayoritas dari anak-anak kurang beruntung tersebut tidak memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan berkualitas, nutrisi yang mumpuni, serta perlindungan terhadap kekerasan.

Menurutnya, kawasan dengan rekor terburuk ditorehkan oleh Afrika Subsahara. Nyaris tiga perempat (393 juta jiwa) dari populasi anak di dunia tinggal di regional tersebut, dan terpapar kondisi darurat konflik atau bencana.

“Selain Afrika Subsahara, kawasan lain yang ‘tidak ramah anak’ adalah Timur Tengah dan Afrika Utara. Sejumlah 12% dari total jumlah anak di dunia tinggal di kedua kawasan tersebut,” sebut Lake.

Laporan yang baru akan dilansir serentak di dunia pada Minggu (11/12/2016) itu sekaligus memperingati kiprah Unicef selama lebih dari 70 tahun dalam memberikan bantuan bagi anak-anak yang terpapar konflik, kemiskinan, krisis, ketimpangan, dan diskriminasi.

“Kami didirikan PBB untuk menolong dan memberi harapan bagi anak-anak yang hidup dan masa depannya terancam konflik dan krisis. Laporan terbaru yang memecahkan rekor [terburuk] ini adalah alarm pengingat bahwa misi kami semakin urgen setiap harinya.”

DAMPAK

Menurut catatan Unicef; konflik, bencana alam, dan perubahan iklim telah menyebabkan ratusan juta anak kehilangan rumah dan menjadi pengungsi, terjebak di zona rawan, serta rentan terdampak penyakit mematikan, kekerasan, dan eksploitasi.

Lake memaparkan saat ini hampir 50 juta anak di seluruh dunia tercerabut. Sebagian besar dari mereka terpaksa meninggalkan rumah dan mencari suaka di tempat lain karena konflik parah di negara asal mereka.

“Seiring dengan memburuknya konflik di Suriah, jumlah anak yang terjebak di zona merah naik dua kali lipat dalam kurun waktu kurang dari setahun terakhir. Nyaris 500.000 anak tinggal di areal terkepung konflik di negara itu, dan terputus dari bantuan kemanusiaan.”

Selain Suriah, di Nigeria terdapat sekitar 1,8 juta orang tercerabut, di mana nyaris 1 juta jiwa di antaranya adalah anak-anak. Di Afganistan, hampor 50% dari anak-anak usia sekolah dasar putus sekolah.

Sementara itu, di Yaman, sekitar 10 jtua anak terpapar konflik langsung. Di Sudan, 59% dari poulasi anak usia SD putus sekolah, dan 1 dari 3 sekolah di negara tersebut terpaksa tutup karena terdampak konflik.

“Angka besar lainnya ditorehkan di kawasan Kepulauan Karibia. Di Haiti, setelah badai Matthew menyerang negara tersebut, lebih dari 90.000 anak di bawah usia lima tahun [balita] hidup dalam kekurangan dan butuh bantuan mendasar,” ungkap Lake.

Memang, sejak 1990 hingga saat ini, jumlah anak yang meninggal sebelum menginjak 5 tahun telah berkurang 50% dan ratusan juta anak telah dientaskan dari jerat kemiskiann. Jumlah anak putus sekolah pun berkurang 40% selama 1990—2014

Bagaimanapun, di balik progres tersebut, masih ada terlalu banyak anak di dunia yang mengalami ketertinggalan karena diskriminasi gender, ras, agama, etnis, kelompok, atau disabilitas. Lake mengatakan itu adalah pekerjaan rumah terbesar warga dunia saat ini.

“Kebanyakan dari mereka tinggal di komunitas yang ‘sulit diajak maju’. Baik itu anak-anak yang tinggal di negara konflik atau negara damai, perkembangan mereka sangat krusial tidak hanya bagi diri mereka, tetapi juga bagi masa depan masyarakat mereka,” tegasnya.      

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper