Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ruang Perkantoran Surabaya Moderat

Perusahaan konsultan Jones Lang LaSalie menilai kinerja ruang perkqntoran di Surabaya hingga kuartal III/2016 masih belum signifikan
Museum Tugu Pahlawan Surabaya/Istimewa
Museum Tugu Pahlawan Surabaya/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan konsultan Jones Lang LaSalle menilai kinerja ruang perkantoran Surabaya hingga kuartal III/2016 belum menunjukan perbaikan yang signifikan dari dua kuartal sebelumnya. Jumlah pasokan tidak sebanding dengan tingkat permintaan yang rendah mengakibatkan okupansi lemah.

Head of Surabaya Office Jones Lang LangSalle (JLL) Joseph Lukito mengatakan hingga 2020 pasokan ruang perkantoran Surabaya diproyeksi sebesar 208.740 meter persegi (m2) atau sepertiga dari Jakarta. Angka tersebut akan mengakumulasi total pasokan ruang perkantoran menjadi 579.381 m2.

"50% pasokannya ada di CBD (kawasan niaga) yang merupakan ruang perkantoran kelas A, sedangkan non-CBD 86% dikuasai kelas B dan mulai marak pengembangan kelas B+ untuk mengakomodir perusahaan yang melakukan penghematan anggaran," katanya usai paparan kinerja ruang perkantoran Surabaya kuartal III/2016 di Jakarta, Kamis (6/10).
Lukito mengatakan kinerja juga ditekan dari permintaan sewa yang terus menurun. Namun, hal ini telah diantisipasi pengembang dengan penerapan skema jual. 
JLL mencatat ada tiga pengembang yang baru saja merampungkan proyek besarnya yakni AMG Tower, MNC Tower, dan Skyline Office Tower hasil akuisisi Mayapada Group yang semula dijual tetapi kini diperuntukkan sewa.

"Ketiganya mencatatkan okupansi yang masih buruk atau sekitar 30% saat ini, sementara ruang perkantoran lain rerata 69% atau turun 10% sejak akhir 2015," ujar Lukito.
Lukito melanjutkan ada beberapa strategi yang digunakan pengguna ruang perkantoran ketika melakukan penghematan anggaran. Pertama, mulai mengecilkan ukuran ruang perkantoran. Kedua, berpindah pada kelas yang lebih rendah. Ketiga, mulai memperhitungkan akses dengan jalan tol.

Surabaya, menurut Lukito, memiliki kondisi jalan tol yang berbeda dengan Jakarta. Pintu-pintu tol Surabaya berada di wilayah pinggir kota sehingga tidak ada yang memotong pusat kota. Hal ini menjadikan perusahaan yang membutuhkan jalur tol harus berpindah dari pusat kota.

"Karena mayoritas pengguna ruang kantor Surabaya adalah cabang dari Jakarta, seperti perusahaan  e-commerce, mereka cuman butuh kantor cabang atau gudang untuk akses Indonesia bagian timur," katanya.

Lukito menambahkan tren lain pembangunan ruang perkantoran adalah berbasis rumahan seperti rumah toko (ruko) atau small office home office (SOHO). Sebab, bisnis yang berkembang di Surabaya didominasi oleh bisnis keluarga yang tidak tergantung dengan penggunaan gedung perkantoran.

Lukito juga melihat belum ada kebijakan pemerintah yang mewajibkan setiap bisnis melakukan kegiatannya di gedung perkantoran. Hal ini terus membuka peluang pembangunan ruko dan SOHO.

"SOHO sudah dimulai oleh Ciputra Group, tetapi saya lihat produknya banyak dibeli oleh investor. Jadi saya belum bisa pastikan apakah konsep SOHO sudah diterima baik di Surabaya," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper