Kabar24.com, JAKARTA — Sejak Januari hinga Agustus sekitar 199 orang dilaporkan tewas dan 400 lainnya terluka dalam kecelakaan yang melibatkan bahan kimia.
Kelompok pecinta lingkungan Greenpreace menyebutkan China perlu merobak secara radikal penanganan industri kimia yang saat ini berjalan sangat jauh di bawah standar keselamatan.
“Pemerintah harus segera mengambil tindakan terkait pengelolaan bahan kimia secara sehat, menyediakan jaringan pengaman bagi para pekerja dan masyarakat serta melindungi area yang penting secara ekologi di seluruh penjuru negeri,” sebut Cheng Qian, juru kampanye kelompok tersebut seperti dikutip dari Reuters, Rabu (21/9/2016).
Greenpeace menyebutkan berdasarkan data sepanjang 2010-2011 yang dipublikasikan secara umum, mayoritas fasilitas industri kimia China yang berjumlah 33.625 unit berlokasi di wilayah padat penduduk di daerah pesisir timur. Kelompok ini juga mengemukakan perlunya transparansi lebih guna memberikan gambaran lebih akurat terkait industri tersebut.
China selama ini berjuang untuk menegakkan peraturan terkait proses perolehan, produksi, penyimpanan dan pembuangan bahan kimia. Di sisi lain, para ahli memprotes peraturan yang dibuat pada akhir 2011 lalu tersebut dan menyebutnya tidak mumpuni dan perlu diperketat secara signifikan.
Tahun lalu, 165 orang tewas dalam serangkaian ledakan di sebuah gudang penyimpanan bahan kimia di wilayah utara, Tianjin. Pemerintah menyebutkan sejumlah materi berbahaya disimpan di lokasi tersebut.
China menahan 49 orang terkait ledakan tersebut, termasuk petugas keamanan pelabuhan. Sementara itu,perusahaan yang terlibat, Tianjin Ruihai International Logistics juga dituduh dengan penanganan bahan kimia berbahaya tanpa izin.
Empat orang pekerja juga tewas dalam sebuah ledakan di sbuah fasilitas yang dijalankan oleh Wanhua Chemical Group pada Rabu (21/9/2016).