Kabar24.com, BERLIN - Seorang politisi Jerman menuding Presiden Turki melakukan pembersihan lawan poltik dengan cara-cara yang mirip Partai Nazi.
Christian Lindner, Pemimpin liberal Partai Demokrat Bebas (FDP) Jerman, dalam tulisan yang diterbitkan Minggu (7/8/2016) menyamakan pembersihan lembaga negara oleh Presiden Turki dengan langkah partai Nazi pada 1930-an.
Lindner mengatakan melihat kesamaan perilaku Presiden Turki Tayyip Erdogan dengan keadaan setelah kebakaran Reichstag pada 1933, yang dilakukan Nazi sebagai rencana Komunis melawan pemerintah dan digunakan Adolf Hitler untuk membenarkan semua pembatasan kebebasan warga.
"Kami mengalami kudeta seperti itu pada 1933 setelah kebakaran Reichstag. Dia membangun rezim otoritatif, yang dibentuk semata-mata untuk dirinya," kata Lindner kepada surat kabar Bild am Sonntag.
"Karena hak dan kebebasan pribadi tidak lagi berperan, dia tidak dapat menjadi rekan bagi Eropa," tambah Lindner.
Tanggapannya itu diutarakan kembali oleh politisi sayap kanan Austria, Heinz Christian Strache, yang pada Sabtu mengatakan kebijakan Erdogan terhadap pemberontakan gagal pada Juli tersebut untuk menyingkirkan lawannya mengingatkan kembali terhadap kebijakan Hitler terhadap kebakaran Reichstag untuk mendapatkan kekuasaan lebih.
Erdogan menyangkal tuduhan bahwa dia atau pemerintahanya kemungkinan berada di balik kudeta gagal itu, tempat dia menyalahkan kejadian itu kepada pemuka agama di Amerika Serikat. Erdogan lolos dari penangkapan atau bahkan pembunuhan pada malam kudeta tersebut.
FDP saat ini tidak mewakili Bundestag (Parlemen) Jerman, namun sebelumnya berperan sebagai sebuah pihak koalisi dari partai konservatif pimpinan Kanselir Angela Merkel, CDU, dan menjadi rekan potensialnya setelah pemilihan umum pada musim gugur 2007.
Meskipun demikian, Lindner mengkritik tanggapan Merkel sejauh ini terhadap tindakan keras yang dijatuhkan kepada lawan-lawan Erdogan dalam pihak militer, pegawai negeri, akademisi dan media.
"Itu membuat saya kecewa bahwa diskusi penambahan (bagi Turki) tidak diakhiri sebelumnya. Namun Nona Merkel hanya mendesak 'proporsionalitas'," kata dia.
Menteri luar negeri Jerman pada Jumat menahan dorongan dari Austria untuk menghentikan diskusi dengan Turki terkait keanggotaannya dalam Uni Eropa, mengatakan bahwa blok negara itu perlu untuk berpikir lebih luas terkait bagaimana cara membentuk hubungan mereka dengan Ankara pada saat-saat bermasalah.