Bisnis.com, JAKARTA - Capres asal Partai Republik, Donald Trump mengatakan bila terpilih akan mengutamakan aliansi dengan Rusia untuk menghadapi milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Akan tetapi, Trump menolak kalau pihak pemerintahan Presiden Vladimir Putin berperan dalam upaya membantu pemenangan dirinya dari capres Partai Demokrat Hillary Clinton.
Berbicara di Winston-Salem, North Carolina, Trump mengabaikan pernyataan bahwa intelijen Rusia berperan dalam meretas sistem email Komisi Nasional Demokrat (DNC).
Email-email yang bocor pekan lalu itu mengungkapkan bahwa sejumlah pejabat Partai Demokrat telah membantu Hillary Clinton memenangkan nominasi partai atas Senator Bernie Sanders.
Heboh soal data yang dipaparkan WikiLeaks tersebut memicu Debbie Wasserman Schultz mengundurkan diri sebagai ketua DNC. Trump pun memanfaatkan isu kontroversi itu.
Trump menolak tudingan dari manajer kampanye Hillary Clinton, Robby Mook, bahwa para peretas asal Rusia telah mencuri data dari email dan membocorkannya untuk mempermalukan Partai Demokrat serta membantu Trump memenangkan Pilpres pada 8 november mendatang.
Trump mengaku tak pernah bertemu Putin, tapi sepanjang masa kampanyenya ia memuji kebijakan pemerintah Rusia. Salah seorang penasihat kebijakan luar negeri Trump, Michael Flyn melakukan makan malam dengan Putin Desember tahun lalu.
"Kalau melihat keakraban itu, alangkah baiknya jika kita bersama dengan Rusia. Alangkah baiknya kalau kita bersama Rusia mengusir ISIS,” ujar Trump sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (26/7/2016).
