Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah Austria akan menyita rumah tempat kelahiran Adolf Hitler untuk mencegah pendukung neo-Nazi berziarah ke rumah tersebut.
Pemilik rumah, seorang wanita pensiunan, sudah berulang kali menolak penawaran orang-orang yang ingin membeli rumah yang berlokasi di Brunau am Inn tersebut.
"Keputusan ini diperlukan karena pemerintah ingin mencegahnya menjadi 'tempat pemujaan' bagi neo-Nazi, beberapa orang terlihat telah berkumpul di sana dan meneriakkan semboyan-semboyan Nazi," kata Mendagri, Wolfgang Sobotka.
Akan tetapi, masih belum ada kesepakatan tentang rencana yang akan dilakukan. Sobotka ingin menggusur rumah itu tapi pihak lain berpendapat agar dijadikan museum atau bahkan toko serba ada supaya makna politiknya hilang.
Bagaimanapun, wakil Kanselir, Reinhold Mitterlehner, mengatakan proyek pemugaran dengan 'nilai pendidikan' seperti museum lebih cocok, seperti dilaporkan surat kabar Die Presse.
Jumlah orang yang berziarah ke rumah itu memang bertambah, berdasarkan data dari Pusat Dokumentasi Pertahanan Austria sebagimana dikutip BBC.co.uk, Rabu (13/7/2016).
Ketua pusat dokumentasi, Gerhard Baumgartner, mengatakan penggusuran bangunan tidak akan menyelesaikan masalah karena kelompok neo-Nazi malah akan membuatnya sebagai 'Alun-alun Hitler' atau 'Taman Hitler'.
"Tempat itu harus dialihkan fungsinya menjadi tempat lain sehingga tidak ada orang yang ingin berfoto di depan rumah itu. Toko serba ada atau kantor pemadam kebakaran lebih cocok," jelas Baumgartner kepada kantor berita ORF
Berdasarkan usulan baru, pemilik rumah akan menerima kompensasi sesuai harga yang disepakati jika dia mengizinkan untuk digusur. Proposal penyitaan rumah tersebut telah diajukan di parlemen.
Jika diterima maka keputusan akhir akan ditentukan oleh sebuah komisi yang terdiri dari 12 anggota dengan latar belakang politik, administrasi, akademis, dan sosial.
Satu-satunya tanda jelas yang menghubungkan rumah ini dengan sejarah masa lalu adalah sebuah plakat batu bertuliskan, "Untuk kedamaian, kebebasan, dan demokrasi. Tidak akan ada lagi fasisme. Jutaan orang yang mati telah mengingatkan kita."