Bisnis.com, BEIJING--Pemerintah China berusaha untuk meredam kekhawatiran atas sengketa Laut China Selatan setelah surat kabar nasional memberitakan bahwa negeri Tirai Bambu tersebut perlu mempersiapkan kekuatan militer.
Mengutip Reuters, surat kabar nasional China mengatakan pada Selasa (5/7/2016) bahwa negeri Tirai Bambu harus mempersiapkan pasukan militernya untuk mencegah ancaman yang timbul dari putusan pengadilan arbitrase tersebut. Ketegangan telah meningkat menjelang 12 Juli, hari di mana putusan oleh pengadilan arbitrase akan dibacakan.
Dalam editorial surat kabar tersebut dijelaskan bahwa sengketa tersebut akan dipersulit oleh intervensi Amerika Serikat. Hal tersebut akan menyebabkan China menghadapi eskalasi lebih lanjut karena ancaman yang ditimbulkan oleh putusan pengadilan terhadap kedaulatan negara tersebut.
Terkait hal tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pemerintah akan tetap mempertahankan negosiasi damai dalam penyelesaian sengketa.
“China akan bekerjasama dengan negara ASEAN untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas Laut China Selatan,” kata dia dalam sebuah media briefing, seperti dikutip Reuters (5/7/2016).
Dia menjelaskan bahwa pihaknya tidak menerima keputusan yang diberlakukan oleh pihak ketiga sebagai sarana resolusi.Adapun Filipina tengah mengajukan kasus Laut China Selatan ke Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag. Putusan kasus ini dijadwalkan dibacakan pada 12 Juli mendatang.
China diketahui berencana mengabaikan putusan dari pengadilan arbitrase tersebut dan bertindak sebagai penghinaan ada tatanan hukum internasional. Pihaknya akan menawarkan pembicaraan dengan Filipina terkait penyelesaian sengketa.
Filipina, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan Brunei memiliki klaim tumpang tindih dengan China di wilayah laut tersebut. Otoritas Beijing telah menolak kasus arbitrase, mengklaim pengadilan tidak memiliki yurisdiksi dan mengatakan pihaknya akan memecahkan masalah secara bilateral.
Negosiasi antara China dan Filipina akan mencakup isu seperti “kerja sama pengembangan dan riset ilmiah jika pemerintahan baru Manila mengenyampingkan putusan pengadilan arbitrase dan kembali melakukan pembicaraan dengan China.