Kabar24.com, JAKARTA - Terkait dengan isu kebangkitan komunisme gaya baru, organisasi Islam Mathla’ul Anwar justru mengajak semua umat agar tetap tenang sehingga tidak menimbulkan gejolak.
Ketua Majelis Amanah Mathla’ul Anwar Irsjad Djuwaeli, Selasa (31/5/2016), mengatakan komunisme masih dianggap bahaya laten, apalagi dikaitkan dengan TAP MPRS Nomor 25/1966. Namun, lanjut Djuwaeli, ini harus dijelaskan kepada umat bahwa harus tenang karena komunisme tidak mungkin bangkit.
Terkait dengan terorisme dan radikalisme, dia menegaskan Mathla’ul Anwar berperan untuk menghentikannya. Pasalnya, tidak sedikit pun keuntungan diperoleh bangsa ini dengan berbagai aksi semacam itu.
Termasuk di antaranya, dengan mendorong masyarakat desa agar berpikir modern, sehingga tidak mudah termakan isu negatif. Menurutnya, Mathla’ul Anwar harus menyikapi berbagai persoalan bangsa dengan santun.
Hal ini tak lepas dari momentum memasuki usia keseratus tahun Mathla’ul Anwar yang akan terus menggelorakan Islam Rahmatan Lil ’Alamin. Yakni, Islam yang santun, toleran, humanis, membawa kesejukan, kedamaian, ketenangan, dan rahmat bagi seluruh alam semesta.
“Kita kembali ke Al Quran, bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Itu yang harus kita hidupkan,” kata Irsjad, dalam keterangan resminya.
Berbicara saat membuka Sidang I Majelis Amanah Mathla’ul Anwar, Djuwaeli mengatakan Mathla’ul Anwar memiliki paham ahlussunah wal jama’ah. Jika dikembangkan dan diperluas, akan bermakna toleransi dan kebersamaan.
Selain itu, juga terkandung nilai-nilai kehidupan beragama dan menyerukan umat agar bersatu. “Dengan demikian Mathla’ul Anwar tidak lagi mempersoalkan hal-hal yang menyangkut perbedaan khilafiyah, yang penting umat melaksanakan syariat Islam,” jelas Djuwaeli.
Sidang I Majelis Amanah Mathla’ul Anwar sendiri, berlangsung di Jakarta, 30-31 Mei 2016. Turut hadir dalam acara tersebut, Asisten Deputi VI Menkopolhukam Lutfi Syaefulloh dan Deputi V Kepala Rumah Tangga Kantor Staf Presiden RI Jaleswari Pramodhawardhani.
Mathla’ul Anwar merupakan organisasi kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial. Mathla’ul Anwar didirikan pada 10 Juli 1916 di Menes oleh 10 ulama, antara lain KH Mas Abdurahman dan KH Tubagus Muhammad Sholeh. Saat ini, Mathla’ul Anwar mengelola sekitar 2.000 sekolah di Indonesia, termasuk Universitas Mathla’ul Anwar di Banten.
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan melalui Asisten Deputi VI Menkopolhukam Lutfi Syaefulloh berharap Mathla’ul Anwar bisa menggugah ormas lain untuk menciptakan kedamaian, ketenangan, dan kesantunan.