Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkiraan Kerugian Akibat Limbah Rancaekek Capai Rp11,4 Triliun

Lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan hidup Greenpeace menyatakan kerugian ekonomi akibat pencemaran limbah beracun dan berbahaya (B3) oleh industri tekstil di Sungai Cikijing, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mencapai Rp11,4 triliun.
Ilustrasi/limbahb3.blogspot.com
Ilustrasi/limbahb3.blogspot.com

Bisnis.com, BANDUNG - Lembaga swadaya masyarakat bidang lingkungan hidup Greenpeace menyatakan kerugian ekonomi akibat pencemaran limbah beracun dan berbahaya (B3) oleh industri tekstil di Sungai Cikijing, Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mencapai Rp11,4 triliun.

Hal itu tercantum dalam siaran tertulis Greenpeace yang dikutip oleh Antara pada Minggu (3/4/2016).

Penghitungan total kerugian ekonomi akibat pencemaran limbah beracun dan berbahaya oleh industri tekstil di Sungai Cikijing, Rancaekek, Kabupaten Bandung, dilakukan oleh Koalisi Melawan Limbah yang terdiri dari Pawapelling, LBH Bandung, Walhi Jabar, dan Greenpeace.

Dalam siaran tertulis Greenpeace juga disebutkan kerugian multisektor meliputi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kesehatan, kerugian karena kehilangan jasa air, penurunan kualitas udara, kehilangan pendapatan dan estimasi biaya remediasi lahan tercemar.

Rencananya laporan valuasi ekonomi ini akan diluncurkan pada, Senin, 4 April 2016 di Jakarta.

Selama kerusakan lingkungan di kawasan Rancaekek, khususnya banjir musiman yang terjadi di wilayah tersebut menyita perhatian berbagai pihak salah satunya Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher.

Aher bahkan akan melaporkan kejadian banjir di Kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, kepada Menteri Kordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan karena hingga saat ini belum ada titik temu penyelesaiannya.

"Banjir Rancaekek, Kahatex juga karena disinyalir ada sungai ditutup oleh Kahatex. Usaha hukum kita sudah tapi dikalahkan oleh pengadilan. Makanya saya akan lapor ke Pak Luhut (Menkopolhukam)," kata Ahmad Heryawan Aher beberapa waktu lalu.

Ia mengatakan banjir Rancaekek terjadi karena adanya aliran sungai yang ditutup oleh pabrik PT Kahatex untuk kepentingan perusahannya.

Menurut dia, aliran sungai itu diubah menjadi gorong-gorong yang tentunya tidak mampu lagi menampung tingginya volume air saat hujan lebat turun.

"Bayangkan saja tadinya sungai ditutup. Masuk ke Kahatex jadi gorong-gorong di Jalan Rancaekek juga gorong-gorong bayangin saja," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper