Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kediri Sebaiknya Pacu Sektor Jasa Ketimbang Manufaktur

Bank Indonesia memandang Kota Kediri lebih baik mengejar pertumbuhan sektor jasa ketimbang mengandalkan industrialisasi di sektor pengolahan.
Perajin menyelesaikan pembuatan sarung tenun motif Luung di salah satu UKM di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (24/6/2015)./Antara-Prasetia Fauzani
Perajin menyelesaikan pembuatan sarung tenun motif Luung di salah satu UKM di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (24/6/2015)./Antara-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, KEDIRI -- Bank Indonesia memandang Kota Kediri lebih baik mengejar pertumbuhan sektor jasa ketimbang mengandalkan industrialisasi di sektor pengolahan.

Kepala Perwakilan BI Kediri Djoko Raharto berpendapat, dengan hanya mencakup tiga kecamatan seluas 14,9 km2, Kota Kediri akan sulit menampung kegiatan manufaktur baru kendati upah minimum kota itu relatif rendah di Jatim, yakni Rp1,5 juta per bulan tahun ini.

Di sisi lain, bergantung hanya kepada PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan dua pabrik gula di bawah PTPN X, yakni PG Meritjan dan PG Pesantren Baru, sulit membuat ekonomi Kota Tahu terakselerasi.

"Lebih baik kembangkan saja sektor jasa. Bisa pendidikan, kesehatan, perhotelan, perdagangan. Kalau industri, lahannya tidak ada," kata Djoko kepada Bisnis, Kamis (10/3/2016).

Menurutnya, pengalaman Kota Malang dan Purwokerto (Jawa Tengah) mengembangkan jasa pendidikan melalui pendirian perguruan tinggi membuat kedua kota lebih dinamis dan mempunyai prospek pertumbuhan positif. Kedua kota merasakan efek berganda (multiplier effect), mulai dari rumah kos dan tempat makan yang menjamur hingga kemunculan hotel-hotel baru.

Pada saat yang sama, tutur Djoko, Kota Kediri harus bersinergi dengan kabupaten/kota di sekitarnya yang memiliki keunggulan komparatif lain. Dalam kacamata bank sentral, Kota Kediri dan Kota Madiun baik untuk pengembangan jasa.

Sementara itu, Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Ngawi, cocok untuk industri pengolahan. Adapun Kabupaten Kediri, Kota dan Kabupaten Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Pacitan, dan Ponorogo, baik untuk pertanian dan pariwisata.

"Orang boleh saja berwisata ke Blitar atau ke Trenggalek, tapi nginepnya harus di Kediri. Itu yang harus dipikirkan pemda," ujarnya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik Kota Kediri, sumbangan terbesar produk domestik regional bruto 2014 (data terakhir BPS Kota Kediri) yang senilai Rp69,2 triliun berasal dari industri pengolahan, yakni mencapai 80,1%.

Sektor perdagangan besar dan eceran menyusul dengan kontribusi 10%, diikuti informasi dan komunikasi 2,4%, konstruksi 1,9%, dan penyediaan akomodasi dan makan minum 1,5%. Adapun 12 sektor lainnya masing-masing menyumbang kurang dari 1%.BPS pun mencatat selama 2010-2014, pertumbuhan ekonomi Kota Kediri cenderung melemah, khususnya pada lapangan usaha yang dikuasai sebagian besar masyarakat (PDRB tanpa industri tembakau), yakni dari 7,5% pada 2010 menjadi 4,7% pada 2014.

Adapun secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Kota Kediri terakselerasi dari 3,8% pada 2010 menjadi 5,8% pada 2014. Adapun Pemkot Kediri dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2016 menyatakan sektor industri menjadi penyumbang PDRB terbesar karena keberadaan Gudang Garam, sekalipun sektor itu hanya menyerap 987 tenaga kerja pada 2013, berada di urutan keempat setelah sektor jasa, PHR, pengangkutan, dan pertanian.

Kendati demikian, Pemkot membantah Gudang Garam menjadi penentu pertumbuhan ekonomi Kota Kretek.

"Tingkat pertumbuhan perekonomian Kota Kediri dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan, baik itu dengan adanya PT Gudang Garam maupun tanpa adanya PT Gudang Garam," tulis Pemkot dalam Indikator Makro Pembangunan Daerah yang diunggah ke website resminya.

Pemkot menyebutkan pertumbuhan ekonomi dengan adanya Gudang Garam melaju dari 0,25% pada 2005 menjadi 7,1% pada 2010. Adapun tanpa Gudang Garam, ekonomi kota itu tumbuh dari 4,3% pada 2005 menjadi 7,2% lima tahun kemudian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper