Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) DKI Jakarta menilai telah terjadi sesuatu dalam kehidupan sosial di masyarakat Indonesia, menyusul mencuatnya kembali isu lesbian, homoseksual, biseksual, dan transgender (LGBT).
Ketua Bidang Ekonomi Kreatif, Kesehatan & Telekomunikasi Hipmi Jaya Zack Sumendap mengatakan akhir-akhir ini LGBT menjadi sorotan publik. Isu itu dari tahun ke tahun terus saja menggelinding. Selalu menjadi bola liar nan panas yang selalu mendapat sorotan banyak pihak.
"Namun, seperti isu lain, pro kontra juga ikut bermunculan. Lalu, timbul tenggelam. Begitu seterusnya. Tak pernah selesai. Yang sedang hangat di media adalah masalah yang menimpa artis ibu kota IB dan SJ," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/2).
Menurutnya, dalam proses kehidupan, seseorang dituntut untuk melakoni aktivitas hidup yang tidak menyimpang.
Hal ini dilakukan, agar kita sebagai manusia dapat diterima di lingkungan sosial. Salah satunya seperti menentukan identitas pribadi yang paling krusial. Identitas krusial yaitu bagian di mana manusia menggolongkan dirinya sebagai perempuan atau sebagai laki-laki.
Zack menjelaskan situasi dan lingkungan merupakan salah satu faktor yang menentukan peristiwa tersebut. Sebab, dalam menjalani hidup, manusia dihadapkan dengan berbagai macam pilihan seperti apa yang kita kenakan dan makan, bagaimana cara berinteraksi satu sama lain, dan di mana saja kita menghabiskan waktu dalam kehidupan sehari-hari.
"Keempat hal ini sangat menentukan dimana posisi sosial atau status sosial kita berada. Karena keadaan tersebut dapat mempengaruhi identitas pribadi yang ada dalam diri manusia itu sendiri," katanya.
Dia menambahkan di lingkungan masyarakat, manusia selalu diikuti oleh keberadan status sosial yang dikenal masyarakat sebagai gaya hidup. Seiring dengan perkembangan zaman gaya hidup yang dimunculkan seringkali tidak biasa atau terlihat menyimpang.
Menurutnya, banyaknya faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah tersebut sendiri timbul dari faktor keluarga, faktor lingkungan dan media khususnya televisi. Biasanya faktor keluarga lebih menjerumus
pada kurangnya peran orang tua pada anak dan kekerasan dalam rumah tangga. Akibatnya, seorang anak bisa mengalami trauma.
"Traumatik yang parah sering ditimbulkan karena peristiwa masa lalu seorang anak. Faktor lingkungan di mana seseorang merasa nyaman dan lebih tertarik dengan sesama jenis," ujarnya.