Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Selidiki Kabar Wartawan Disandera Kelompok Keras di Suriah

Pemerintah Jepang tengah menyelidiki laporan yang menyatakan salah satu wartawan lepas asal negeri Sakura tersebut disandera dan terancam dieksekusi oleh organisasi garis keras di Suriah.
Kehancuran akibat perang saudara. /reuters
Kehancuran akibat perang saudara. /reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Jepang tengah menyelidiki laporan yang menyatakan salah satu wartawan lepas asal negeri Sakura tersebut disandera dan terancam dieksekusi oleh organisasi garis keras di Suriah.

Media yang berbasis di Paris, Reporters Without Borders (RSF) menyatakan kelompok bersenjata yang menahan wartawan Yasuda Jumpei meminta sejumlah uang tebusan atau mengancam sandera akan dieksekusi, bahkan menjualnya ke kelompok militan lain bila tuntutan tak dipenuhi.

Dalam situsnya, RSF mengatakan bahwa Yasuda diculik pada bulan Juli oleh kelompok bersenjata di daerah yang dikontrol oleh militan Nusra depan, sayap Al Qaeda, tak lama setelah memasuki Suriah awal bulan itu.

Yoshihide Suga, Chief Cabinet Secretary Jepang mengatakan pemerintah Jepang telah mengetahui kasus tersebut namun belum mengetahui perkembangan terbaru yang terjadi.

"Mengingat sifat dari masalah ini, kami belum ingin mengomentari secara rinci," katanya dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters, (24/12/2015).

Dia menambahkan,”Keamanan warga Jepang adalah tanggung jawab penting bagi pemerintah. Jadi, kami selalu berusaha [bertanggung jawab] dan memanfaatkan berbagai jaringan informasi.”

Sebelumnya, Islamic State of Syria (ISIS) memenggal dua warga Jepang, yaitu konsultan keamanan dan reporter perang Veteran pada awal tahun ini. Eksekusi mengerikan tersebut menarik perhatian Jepang namun pemerintah mengatakan tidak akan bernegosiasi dengan kelompok militant untuk pembebasan keduanya.

Seiko Noda, seorang anggota parlemen mengatakan kepada Reuters bahwa pergeseran kebijakan pertahanan Perdana Menteri Shinzo Abe yang mengizinkan militer untuk menyerang ancaman luar negeri untuk pertama kalinya sejak tahun 1945 dapat digunakan oleh militan sebagai alasan untuk menyerang Jepang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Irene Agustine
Sumber : reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper