Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ISLAM BUKAN TERORISME: Artikel Ini Antar Remaja Putri Indonesia Juara di Inggris

Layyina Tamanni, 15, dalam artikel yang dibuatnya menyatakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme.
Ilustrasi: Umat Muslim bersiap melaksanakan salat sunnah malam hari (qiyamul lail) berjamaah di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (10/7/2015)./Antara
Ilustrasi: Umat Muslim bersiap melaksanakan salat sunnah malam hari (qiyamul lail) berjamaah di Masjid Istiqlal Jakarta, Jumat (10/7/2015)./Antara

Kabar24.com, LONDON -- Menjelaskan posisi Islam yang sesungguhnya terkait isu terorisme membuat seorang remaja putri Indonesia mendapat hadiah utama.

Layyina Tamanni, 15, dalam artikel yang dibuatnya menyatakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme.

Buah pikir remaja putri lantas menjadi pemenang utama dan meraih penghargaan dari anggota Parlemen Colchester, Inggris.

Layyina mengalahkan teman-temannya dari berbagai sekolah di Colchester melalui artikel yang dipublikasikan di Koran Gazette dan media online.

Ia merasa sangat bahagia saat menerima hadiah berupa Amazon Fire DH8 dan Amazon Voucher untuk sekolahnya, Gilberd School, demikian ibunda Layyina Tamanni, Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, Minggu.

Layyina Tamanni mendapatkan First Prize dari Tutor Doctor Colchester North, yang bertempat di kantor berita Gazette, Colchester, Inggris, dalam acara pemberian hadiah tahunan yang diserahkan anggota parlemen untuk Kota Colchester, Will Quince.

Layyina menyampaikan dalama Bahasa Inggris bahwa tulisan yang dimasukkan ke dalam lomba jurnalisme muda itu didorong oleh berita di media tentang buruknya citra Islam baru-baru ini.

Selaku Muslimah, dia ingin menyuarakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme. Artikel yang ditulis Layyina akan dipublikasikan di Koran Gazette dan di media lain online.

Kejadian di London mengenai penghinaan terhadap Muslimah di dalam bus bahwa ia dituding sebagai anggota ISIS sangat keterlaluan karena tuduhan tersebut mengeneralisasi bahwa Muslim itu jahat, kata Layyina.

Walaupun di sekolahnya sulung dari tiga bersaudara ini tidak belajar Islam, orangtuanya dan pengajian komunitas Indonesia di tempat Layyina tinggal sering memberikan pencerahan bahwa Islam mengajarkan kebaikan, kedamaian, kerukunan.

"Ayah dan ibu saya selalu menyarankan kami agar berperilaku ramah kepada tetangga, teman-teman non-Muslim dan memperlihatkan bahwa kami baik hati," kata Layyina.

Ketika bersekolah di SIT Fajar Hidayah, Layyina, menunjukkan hasil survei dalam artikelnya bahwa sejak serangan 11/9, hanya tujuh persen Muslim itu digolongkan radikal sedangkan 93 persen lagi adalah Muslim yang cinta damai.

Poin itu menjadi salah satu poin terbesar dalam penilaian lomba jurnalisme yang diikutinya kali ini.

Putri pertama pasangan Dr. Murniati Mukhlisin, dosen akuntansi Islam, sedangkan ayahnya --mahasiswa S3 di Glasgow-- itu tengah menyelesaikan rancangan buku tentang cerita fiksi mengenai Global Warming.

"Layyina memang suka membaca dan berdiskusi tentang masalah seputar ke-Islaman, yang dijadikannya bahan tulisan," ujar Murniati.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper