Bisnis.com, JAKARTA--Kemarahan Presiden Joko Widodo memuncak setelah secara lengkap membaca transkrip pembicaraan Setya Novanto dengan Riza Chalid dan Ma'ruf Sjamsoedin terkait PT Freeport Indonesia.
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan meletupnya kemarahan Presiden Jokowi telah terlihat sejak Senin (7/12) siang. Saat itu, Teten yang menghadap Jokowi di Istana Merdeka.
"Yang saya tahu, tadi siang menghadap beliau, memang beliau sudah mengekspresikan kemarahannya," ujar Teten di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (7/12/2015).
Kendati kasus ini telah bergulir lebih dari tiga minggu, baru hari ini Jokowi sempat membaca secara lengkap transkrip pembicaraan Ketua DPR Setya Novanto, pengusaha migas Riza Chalid dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Ma'ruf Sjamsoedin. Jokowi membaca transkrip pembicaraan 1 jam 27 menit itu sejak Senin pagi.
Bagian yang membuat presiden jengkel dan marah, lanjut Teten, adalah saat namanya dicatut dan dikaitkan dengan permintaan saham Freeport sebagai syarat memuluskan perpanjangan kontrak karya perusahaan tambang yang bermarkas di Amerika Serikat itu.
"Kalau dibilang presiden gila, koppig, itu kan sudah seringlah presiden dihina dan presiden enggak pernah menunjukkan kemarahannya. Tetapi karena dicatut namanya dan dikaitkan dengan pembagian saham, presiden marah luar biasa," katanya.
Menurut Teten, mantan Walikota Solo itu menilai aksi Setya Novanto dan Riza Chalid yang mencatut nama presiden dan wapres sebagai tindakan yang melanggar etika dan moralitas wibawa pemerintahan dan negara. Apalagi yang terlibat dalam pembicaraan tersebut adalah Ketua DPR yang terhormat.
"Pokoknya tadi saya ngelihat Presiden itu marah, kelihatannya Presiden nahan-nahan. Ya orang marah kan beda-beda, tersinggung kan namanya," imbuh Teten.
Sejak kasus dugaan pelanggaran etik Setya Novanto dilaporkan oleh Menteri ESDM Sudirman Said ke MKD pada 16 November 2015, Presiden berupaya menjaga kepercayaannya terhadap proses yang berlangsung di MKD.
Namun, Jokowi mulai mempertanyakan kepercayaannya terhadap MKD saat menyaksikan keputusan MKD menggelar sidang Setya Novanto secara tertutup pada Senin (7/12/2015) siang.
"Tadi itu juga sempat disampaikan Presiden. Kenapa kemarin waktu Sudirman Said dipanggil terbuka, lho sekarang yang diadukannya justru tertutup?" tutur Teten.
Kendati luar biasa marah atas pencatutan namanya, Presiden Jokowi tidak akan menempuh jalur hukum terhadap orang-orang yang mencatut namanya di hadapan perusahaan tambang yang beroperasi di Papua itu.
Menurut Teten, Presiden menghormati proses hukum dan mempersilakan para penegak hukum, termasuk Kejaksaan Agung, untuk menjalankan tugasnya. "Presiden hormati proses hukum. Beliau enggak mau intervensi. Mereka kan punya otonomi untuk melakukan tugas," pungkasnya.
Sejak menjabat sebagai Presiden pada 20 Oktober 2014, frekuensi kemarahan Jokowi bisa dihitung dengan jari. Salah satu ekspresi marah diungkapkan Jokowi saat sidak di Pelabuhan Tanjung Priok pada 28 Juni silam.
Senin (7/12) sore di Istana Merdeka, Jokowi kembali menunjukkan ekspresi marahnya dengan tatapan mata yang tajam dan suara yang tegas, lengkap dengan jari telunjuk kanan yang menunjuk. Kesabaran Jokowi runtuh dicatut para pemburu rente Freeport.